Aku adalah satu dari banyak laki-laki yang pernah terluka hatinya. Aku berantakan sejak ditinggalnya beberapa tahun lalu, semua terasa menyesakkan kala namanya terlintas di pikiranku.
Dia adalah wanita yang sukses membuat lelaki berhati dingin ini mencair kemudian membuatnya beku mati rasa. Sejak dulu, aku terbiasa bergaul dengan siapapun tanpa memandang pria atau pun wanita, namun aku cendrung banyak memiliki teman wanita. Mungkin karena pembawaanku yang perhatian sebagai pria, mudah bergaul dan berbeda dari pria-pria lain yang biasanya membuat teman wanita mereka merasa gak nyaman ketika berada di antara mereka.
Banyak di antara teman-teman aku(khusus yg perempuan) yang menganggap aku adalah orang yang tepat untuk berkeluh kesah, beberapa muncul perasaan istimewa namun aku tak menghiraukannya, dan mereka dapat menerima dengan sikapku yang acuh atas apa yang mereka rasakan. Aku bersikap seperti biasa saja, bersifat normal tanpa menghiraukan apa yang mereka rasa. Iya aku gak ingin merusak pertemanan dengan rasa yang lebih jauh, terkubur lah semua, dan mereka yang menyimpan rasa untukku tetap bersamaku, aku enggak pernah meninggalkan mereka, aku selalu ada untuk mereka.
Hingga suatu hari aku bertemu dengannya, tepatnya saat aku semester 3 awal tahun 2011. Dia gadis cuek yang biasa saja namun berparas manis agak tomboy, dia yang berusaha keras menaklukkan hatiku. Ketika itu aku gak roboh, seberapa pun dia memintaku untuk mencoba menjalin hubungan dengannya, saat itu aku tahu dia telah memiliki kekasih. Aku gak bergeming sama sekali. Aku tetap berada di antara kesulitannya, tanpa memberi harapan apa pun. Kukatakan padanya bahwa aku gak bisa menjalani hubungan yang gak jelas, jika ingin memulainya, maka aku gak bisa bertahan lama.
Sejak bertemu dengan nya, sejak dia belum begitu akrab mengenalku dan belum menyimpan perasaan apapun untukku, dia selalu memenuhi apa pun permintaanku, permintaan yang simple seperti tugas-tugas kampus dan lain sebagainya. Dia merasa aku adalah orang yang tepat, cara berpikirku berbeda dengan laki-laki yang pernah ia temui sebelumnya. Katanya, "Aku enggak pernah mengerti kenapa setiap kalimat yang kamu ucapkan seolah menghipnotisku untuk segera memutuskan pacarku dan aku akan bersama kamu," dan kamu tahu aku tak merasa istimewa dengan pujiannya itu??? Setelah beberapa lama mereka benar-benar memutuskan hubungan mereka.
Semakin aku mengenalnya semakin berbeda rasa di hatiku, dia seperti melengkapi semua yang enggak pernah aku tahu. Iya, kami saling melengkapi saat itu. Aku tahu dia tidak. Dia tahu aku tidak. Di sisi lain kami saling menyempurnakan. Berawal dari kebohongan dan perbedaan yang mempersatukan aku dengannya. Telah banyak hal yang kami lalui bersama, hingga muncul lah keyakinan, untuk pertama kalinya aku yang sangat tertutup pada semua teman-teman dekatku dan aku mulai memberanikan diri untuk bercerita tentangnya, sontak mereka semua kaget. Bukan kaget yang kaget, tapi kaget yang dibuat-buat karena mereka tahu kalau kami saling menyayangi.
Hubungan kami semakin dekat, aku berada di sela kesibukannya sehari-hari, begitu pun dia. Berbicara lewat telepon berjam-jam hingga saling tertidur tanpa memutuskan sambungan. Mengelus manja rambut panjangnya sambil mencubit hidungnya adalah kebiasaan wajib yang aku lakukan disela-sela waktu kami kuliah. Banyak hal yang gak bisa aku lupakan dengannya, termasuk janji dan semua permohonan untuk tidak pernah berpaling darinya.
Hingga tiba suatu hari tanpa badai tanpa angin aku melihat dia berkencan dengan teman kita sendiri, teman baikku juga yang biasa kamu panggil abang. Lalu aku putuskan untuk mendiami nya. Awalnya dia seolah sedih dan marah pada keadaan, dia bermain drama dengan luar biasa epik, namun dia salah jika memainkan peran di hadapanku. Aku tahu, aku sedang dipermainkan, dibodohi, dibohongi namun hatiku berkali-kali menyangkalnya. Aku hanya sedang mencari di mana letak kebohongannya. Aku terus mencari tahu, terus berdoa agar semua bertemu jalannya. Berhari-hari aku menyimpan sedih tanpa menangis, terluka, kehilangan selera makan, tidur berantakan, tugas-tugas kuliah berserakan semua dibuatnya kacau. Saat itu aku depresi, cukup depresi karena kehilangan sosok yang aku cintai. Kamulah cinta pertama yang aku maksud aku jadikan kamu antagonisnya.
Lalu kapan aku menyudahi semua kebodohanku itu?? Saat aku sudah tersungkur di hadapan Allah, aku menyangkal prinsipku untuk enggak menjalin hubungan sebelum sakit hatiku benar-benar sembuh. Aku menyadari kesalahanku. Beberapa bulan tanpa kepastian, namun kita tetap berhubungan meski aku mulai mengacuhkan kamu. Akhirnya aku menyadari perlahan kubaca semua alurnya, memahami setiap kalimat yang ia tulis, seolah ingin tapi tak ingin, seolah mempertahankan padahal memaksa ingin dilepaskan dan pergi dengan yang lain :)
Sehebat itu kamu berkamuflase, kalian berkamuflase.. Klasik! Satu hal yang aku benci ketika dua orang yang berbeda jenis begitu dekat padahal yang satunya sudah memiliki kekasih, mereka beriming-iming mereka hanya sahabat, kakak adikan, teman dekat.. Etc Ternyata satu dari hati lainnya memiliki perasaan lebih untuk bersama, hebatnya lagi mereka memiliki perasaan yang sama.. Mereka menghianati teman sekaligus kekasihnya :) skenario yang indah bukan? Aku menikmati setiap sakit yang kalian buat. Terima kasih :)
Sehebat itu kamu berkamuflase, kalian berkamuflase.. Klasik! Satu hal yang aku benci ketika dua orang yang berbeda jenis begitu dekat padahal yang satunya sudah memiliki kekasih, mereka beriming-iming mereka hanya sahabat, kakak adikan, teman dekat.. Etc Ternyata satu dari hati lainnya memiliki perasaan lebih untuk bersama, hebatnya lagi mereka memiliki perasaan yang sama.. Mereka menghianati teman sekaligus kekasihnya :) skenario yang indah bukan? Aku menikmati setiap sakit yang kalian buat. Terima kasih :)
Dia memanipulasi keadaan agar tangannya tetap bersih dalam hubungan. Ohyaa aku sebenarnya sudah tahu dia kembali pada masa lalunya. Dia menyukai temannya semasa semester satu dua, dan mereka memupuk nya kembali. Dia meninggalkan aku untuk laki-laki yang pernah mampir dalam hidupnya. Dia, mereka berdua membuat drama yang luar biasa hebat. Padahal jelas pernah kubilang bahwa tinggalkan saja aku jika kamu gak lagi mencintaiku, jelaskan saja padaku jika ada orang lain di hidupmu. Itu akan lebih mudah untukku melupakanmu. Tapi kamu membungkusnya dengan sandiwara. Membuatku limbung dengan rasa cintanya yang seolah nyata.
Jika orang bertanya padaku kapan aku bisa melupakannya??? Gak, ini bukan sebuah usaha melupakan, ini caraku untuk membiasakan, terbiasa tanpanya seperti saat dia belum datang dalam hidupku. Dia membuatku merasa dicintai biarpun rasa itu cuma pura-pura. Dia hanya penasaran dengan kepribadianku, dia memuaskan keingintahuannya. Baginya menaklukkanku adalah prestasi. Biarlah. Biarkan saja.
Butuh waktu 5 tahun untuk aku pergi dan kembali sehat, beralih dari menghancurkan hati yang pernah tercipta begitu indahnya lalu dirajam hingga menjadi berkeping-keping. 5 tahun berlalu dan hatiku mulai sembuh dari lukanya, walaupun masih menyisakan bekasnya.
Butuh waktu 5 tahun untuk aku pergi dan kembali sehat, beralih dari menghancurkan hati yang pernah tercipta begitu indahnya lalu dirajam hingga menjadi berkeping-keping. 5 tahun berlalu dan hatiku mulai sembuh dari lukanya, walaupun masih menyisakan bekasnya.
Pertanyaan terbesar dalam benakku hingga saat ini adalah, kapan aku akan berhasil membiasakan hidup tanpanya lagi?? Aku belum menemukan jawabannya, sebab hatiku kosong, jangankan cinta benci pun yaa gak ada..
Kubiarkan semuanya menjadi biasa, gak ada dendam, aku hanya berharap dia benar dengan pilihannya, dan aku akan bahagia dengan hidupku yang sekarang. Dia telah membuang percuma rasa cintaku, dia mempermainkan hati yang tulus untuknya, maka dia akan merasakan betapa cintaku akan mengusik ketenangannya. Bukan aku yang akan membalas, tapi rasa bersalahnya yang akan membuat hidupnya berantakan, membuatnya bahkan tak sanggup berkaca, karena bayangan pun enggan menatap wajahnya.
Kapan waktunya tiba??? Ketika dia menggantikan posisiku, mencintai dengan sangat tapi dibuang secepat kilat. Bukan doa buruk sayang, karma bagiku gak ada..
Kini luka aku sudah benar-benar sembuh. Aku bisa mencintai gadis manis yang berada di dunia bagian lain, tapi aku benar-benar sangat mencintainya. Dia pengobat luka, dia membuat hari-hariku indah. Dia tak tergapai, dia tak tersentuh. Tapi dia mengisi kekosongan hatiku yang penuh dengan bekas luka itu. Satu ke khawatiran aku saat ini. Masalah klasik tentang pertemanan berbeda jenis yang begitu dekat dengan trauma yang aku jalani dulu. Semoga itu bukan kamuflase(lagi).
Komentar
Posting Komentar