Langsung ke konten utama

Depresi Merubah Kehidupan Ku, Dengarkanlah Kami


Malam ini aku kembali bersedih mendengar kabar tentang kamu dari mulut kamu sendiri kii.. Aku sakit mendengar orang yang aku sayangi pun sakit. Saat ini aku memahami, Aku tahu mereka berkata kepada kamu, buat mencari tau kenapa kamu ngerasa sakit??? Aku tau dengan baik kok hal tersebut membuat kamu selalu bosan. Seperti halnya diriku, Aku sakit karena diriku sendiri. Semua ini adalah kesalahan aku, karena aku memiliki banyak kekurangan. Dokter, ibu psikiatri inikah yang mau kalian dengar???? Bukan. Saat itu Aku rasa aku enggak pernah ngelakuin kesalahan apapun loh.

"Udah aku bilang. Kenapa kalian enggak mau mendengarkan sih??? Hal yang bisa kalian atasi bukanlah bekas luka seumur hidup, ngerti?!!! Aku emang enggak pernah tercipta untuk melawan dunia.

Apa yang bisa aku katakan??? Bilang aja aku udah ngelakuin semuanya dengan baik, Itu cukup bagus kan?  Kalo aku udah bekerja keras!!! Meski kamu enggak bisa tersenyum jangan salahkan aku. Kamu berhasil, kamu udah bekerja keras. Jadi selamat tinggal!!!"

Di atas adalah potongan pesan kematian oleh seseorang, Potongan pesan kematian itu hanya sebagai rujukan, kalo depresi itu tumbuh dari ketidakmauan orang-orang terdekat untuk mendengar keluhan kita penderita depresi. Atau bisa dari sifat tertutup kita pada orang-orang sekitar kita.

Sekarang, banyak banget orang yang cuma bisa komentar, “Ah, biasa itu. Bla bla bla ah, biasa itu,” setiap kali mendengar curhatan seorang teman.

Temannya kesusahan, terus curhat, mereka bilang, “Ah, biasa itu,”
Temannya bingung, terus curhat, mereka bilang, “Ah, biasa itu,”
Temannya sedang terpuruk, terus curhat, mereka bilang, “Ah, biasa itu,”
Temannya depresi, terus curhat, mereka bilang, “Ah, biasa itu,”
Aku tau itu semua karena aku mengalami itu semua.

Terus besoknya, ketika melihat temannya mati bunuh diri karena depresi, mereka bilang, “Bodoh banget sih dia bunuh diri,”
Apakah itu adil?? Terus siapa yang bodoh????

Depresi itu tumbuh mulai dari kecil banget, dari hal-hal kecil. Lama-lama dia semakin membesar gara-gara komentar masyarakat sekitar yang seolah-olah mengerdilkan kesusahan yang tengah dihadapinya.

Come on dong!!! Daya tahan tubuh dan fikiran setiap manusia dalam menghadapi masalah itu berbeda-beda. Jangan anggap hatimu yang keras bagai batu itu juga dimilikinya, yang begitu lembut.

Sebenernya enggak perlu data akurat mengenai angka bunuh diri akibat depresi di negara ini, karena orang-orang yang depresi juga enggak mau menyebut dirinya itu depresi kepada orang lain. Karena apa??? Karena emang udah enggak ada lagi rasa empati dan simpati di zaman sekarang. Depresi dianggap tabu, dianggap sebagai penyakit atau perasaan yang mengada-ada. Singkat kata, lebay!!! I hate this, gue sangat benci kalo gue lagi curhat dan di bilang lebay!! Mereka emang gak tau gimana rasanya depresi, oke sekarang gue fahami itu.

Contoh singkat begini:
Saat si A mengeluh lelah, mengeluh penat, capek, suntuk, cemas, takut, khawatir dan gelisah, si B, orang yang dianggapnya dan dirasa sangat dibutuhkannya adalah teman baik malah berkomentar, “kamu lebay banget, baru segitu aja. Aku dulu bla bla bla bla bla bla,” dan malah menganggap dirinya itu beribu-ribu lebih menderita dari si A, tp dia tetep survive.

Come on dong bro, sis!!! Ketangguhan setiap manusia itu enggak pernah sama!!! Aku, mungkin enggak setangguh diri kamu.

Kamu tauu apa yang terjadi pada si A??????! Dia nganggap dirinya lemah, enggak berguna, sampah. Karena apa?? Karena setiap orang yang dia inginkan untuk berbagi keluh kesah mengenai masalah hidupnya, selalu mengatakan, “Baru segitu aja, udah ngeluh,” di tahap ini, ada setitik bayangan hitam di pelupuk matanya. Kata-kata seperti itu bukannya membangun malah membuat dirinya drop!!!

Mengeluh sifat manusiawi kok, manusiawi banget. Sama kaya menangis. Saat kita lagi sedih, kecewa atau marah sekalipun, kita pasti akan menangis kan?? Walaupun yaa, ada yang benar-benar mencurahkannya sampai habis plong dan lega, ada juga sih yang menahannya.

Saat kita lagi ngerasa lelah, letih, gelisah, hidup ini enggak adil, mau marah tapi enggak bisa, kita pasti ingin mengeluhkan nya kan??? Entah bagaimana pun caranya. Mengeluh bukan berarti enggak mampu loh, tapi cuma mau mencurahkan perasaan yang selama ini disimpan dalam hati dan kepala. Usai mengeluh, kita akan bisa menerima hidup kita seperti sediakala, harus bisa lebih baik saat kita udah mencurahkan semuanya.

Kita.. Orang yang sedang mengalami kesulitan fikiran, atau yang kamu sebut depresi ini cuma ingin didengarkan. Gak ada yang lain selain ingin dimengerti dan didengarkan!!!

Ketika keluhan itu enggak lagi ada yang mau mendengar, maka masalah yang ditanggung itu berubah menjadi kegelisahan, kecemasan, hingga ketakutan yang kalian enggak ngerasain itu semua pasti gak tau.

Awalnya kecil sekali, seperti enggak mau melakukan apa pun kaya misalnya jalan-jalan, menonton atau membaca buku. Dia cuma senang menyendiri sembari mendengar lagu sedih, autis sama gadgetnya. Pada titik ini, bayangan hitam di pelupuk matanya mulai membesar berkali-kali dari sebelumnya sampai menutupi pandangan dan fikiran nya.

Lalu kegelisahan itu berubah menjadi rasa yang semakin enggak enak buat makan, enggak enak tidur karena terus memikirkan masalah yang enggak kunjung selesai. Lama-lama dia malah semakin merasa kosong. Setiap kali ingin bercerita pada seseorang, nyalinya ciut, takut mendapat tanggapan, “Ah! Lemah banget sih kamu!!!” pada tahap ini, bayangan hitam itu menjadi lebih pekat, gelap dan berbentuk suram. Saat aku mengalami itu aku mulai ketakutan. Ingin rasanya mengatakan pada seseorang, bahwa ada bayangan hitam yang mengikutinya, tapi aku takut. Itu yang kamu rasakan kan???

Terus aku mulai enggak mau bergaul, merasa lingkunganku enggak ramah. Semua manusia menjadi egois. Ingin ke psikiater takut disangka orang gila. Tapi pada saat itu aku tahu masalahnya emang enggak bisa ditanggung sendiri. Pikiranku pun terasa kosong, aku takut, aku gelisah, aku cemas. Sama seperti yang kamu alami saat ini kiki!!!

Setiap malam  saat semua orang tertidur aku mulai menangis sendirian. Pada siang hari, emosinya memuncak namun aku pendam sendiri. Rasanya ingin marah, tapi enggak tau kepada siapa. Rasanya ingin marah kepada semua orang. Pikiranku, jiwaku dan mulutku mulai mengutuk diri sendiri, mengatai-ngatai diri ini bodoh, lemah, enggak tangguh, enggak pernah dapat diharapkan, sesuai yang dikatakan orang-orang padaku saat aku mengeluh. Aku pun enggak mau mengeluh pada Allah, karena menurutku, Allah pada saat itu tidak adil padaku. Aku mulai membenci diriku sendiri.

Bayangan hitam di pelupuk mata tadi semakin membesar, membentuk monster yang sepertinya sudah lama hidup denganku. Monster itu memelukku, seperti mengajak aku untuk pergi ke tempat lain, saat itu aku semakin ketakutan. Aku yang ceria menjadi begitu pemurung, sampai orang-orang terdekat akupun heran melihat perubahanku. Aku menjadi manusia ceria yang insecure terhadap diriku sendiri. Namun malangnya, enggak ada satu pun di antara mereka yang bertanya, “Kamu ini kenapa sih gusti??? Kamu baik-baik aja, kan???” enggak ada satu pun :)

Sampai kemudian, aku benar-benar enggak bisa lagi menanggung beban masalahnya. Aku membenci diriku sendiri yang lemah, yang enggak tangguh, yang enggak hebat seperti orang lain. Enggak ada yang mau mendengarnya, enggak ada yang mau menerimanya, enggak  ada yang mau bersamanya. Hingga aku meninggalkan dunia ini… mungkin adalah jawaban terbaik.


Aku pun.. lelah.


Lalu monster hitam gelap itu memelukku dan berbisik padaku, “Istirahatlah, aku tau kamu lelah. Monster itu menjadi mahluk paling mengerti diriku!!! Mereka enggak akan mengerti apa yang sudah aku kerjakan. Dia terus berkata, Menangislah malam ini, Sayang, lalu ikut denganku. Beban di pundakmu, biar aku yang urus. Kamu… cuma perlu ikut denganku,”

Saat itu aku menangis sejadi-jadinya, terisak-isak, menggambarkan rasa sakit yang sudah lama aku derita. Bertahun-tahun, mulai dari bayangan hitam itu berbentuk titik kecil, hingga kemudian berubah menutup duniaku menjadi monster besar. Kemudian aku mengambil gadget dan menuliskan setiap curahan hatiku tentang diriku dan orang-orang yang aku sayangi yang selama ini aku selalu pendam.

Aku selalu menuliskan, “Aku lelah.. aku ingin istirahat. Aku capek, pengin tidur. Monster hitam gelap itu sudah lama mengikutiku, aku takut, tapi kalian enggak percaya saat aku mengadu. Aku menanggung banyak beban, aku cemas, aku enggak percaya diri, aku mengkhwatirkan pekerjaanku, tapi kalian bilang aku lemah. Yah.. Emang sepertiny aku lemah...

Lagi dan lagi, terus terusan monster hitam itu bilang, dia akan menanggung bebanku.
Monster hitam gelap itu bernama depresi!!
Aku.. menyerah. Aku ingin istirahat. Seenggaknya katakan padaku, aku hebat, aku sudah melakukan yang terbaik. Selamat tinggal kalian semua orang-orang munafik!!!!”

Terus besoknya, kerumunan orang melihatku enggak bernyawa di kamarku. Kabar berembus, dan mereka tetap bilang, “Bodoh sekali dia mau bunuh diri. Kenapa dia enggak cerita? Kenapa tidak curhat??? Gue enggak sangka dia melakukan tindakan bodoh seperti itu,”


Kita.. berada di zaman itu..


Ayo coba dengarkanlah orang-orang yang membutuhkan tempat untuk didengarkan, jika tidak bisa memberikan motivasi cukup dengarkan dia yang memiliki beban hidup bahkan depresi, cobalah mendengar mereka. Karena dengan mendengar dapat membuat kita mengerti.

Cukup menjadi pendengar yang pengertian :) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kemacetan bukan budaya yang harus di lestarikan

Kemacetan Bukan Sebuah Budaya yang Harus di Lestarikan Tidak banyak yang menyadari bahwa masalah kemacetan sebenarnya merupakan masalah sosial budaya di dalam masyarakat. Perlu dipahami bahwa budaya adalah suatu hal menjadi ciri dalam masyarakat, menjadi sebuah pandangan dalam masyarakat, menjadikan sebuah alasan masyarakat untuk melakukan sesuatu yang dianggap sesuai dengan lingkungan dimana mereka berada dan dianggap mampu memberikan nilai lebih apabila dilakukan oleh pelakunya. Sebuah budaya tercipta melalui sebuah pola yang biasa dilakukan dalam masyarakat. Pola tersebut secara alami akan menjadi sebuah tatanan dalam masyarakat. Seseorang yang hidup di dalam masyarakat akan nyaman apabila mereka mampu hidup sesuai dengan tatanan yang telah ada tersebut. Mereka justru akan merasa malu apabila berada di luar atau berbeda dengan tatanan yang telah ada. Namun, tidak semua tatanan yang telah ada tersebut mampu memberikan efek yang positif apabila terus dilakukan dan di ikuti oleh masya...

jurnal perilaku konsumen (english)

European Journal of Business and Management www.iiste.org ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839 (Online) Vol 3, No.3 Effective advertising and its influence on consumer buying behavior Zain-Ul-Abideen (Corresponding Author) Department of Management Sciences, Abbasia Campus, The Islamia University of Bahawalpur, Punjab, Pakistan. E-mail: zuabideen@gmail.com Salman Saleem Department of Business Administration, Federal Urdu University of Arts, Science & Technology, Islamabad, Pakistan. E-mail: salmankhan302@gmail.com Abstract Advertising is a form of communication intended to convince an audience (viewers, readers or listeners) to purchase or take some action upon products, information, or services etc. This paper investigates the relationship between independent variables which are environmental response and emotional response with attitudinal and behavioral aspect of consumer buying behavior, by tapping the respons...

Happy Birthday Penghianat, I hate You

 Hello kamu yang tepat pada hari ini tanggal 29 September 2021 berulang tahun yang ke 29 tahun, aku masih sama seperti dulu. Lelaki yang paling mencintai kamu sekaligus lelaki yang paling membencimu. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk membencimu pada sisa-sisa 2014 milikku...  Ahh iya, selamat ulang tahun untuk kamu Ines...  Wanita yang paling ku banggakan pada masa itu, sekaligus wanita yang paling puas menyakiti diriku hingga aku mulai depresi dan menganggap semua wanita sama saja. Dari kamu aku mengenal cinta, darimu aku mengenal rasa sakit yang teramat karena di khianati.  Sesak rasanya, seakan ingin mati saja saat itu. Kamu telah membunuhku dengan sadarmu nes, walaupun aku masih bernafas. Aku telah mati, gugus telah mati. Yang ada hanya sisa-sisa kebencian dan penyesalan telah memberikan hatiku seutuhnya hanya untuk kamu pada saat itu.  Aku selalu mengingat tanggal 29 setiap bulan ini. Dan aku tidak pernah berhenti melupakannya penghianat sepertimu yang t...