Langsung ke konten utama

Gue Sakit

Dari awal, gue terlahir baik-baik aja. Gak pernah ada yang salah dengan fisik gue.  Gue selalu merasa punya tubuh yang sehat, enggak ada yang terasa janggal. Gue pun termasuk punya karakter yang sangat ceria dan ramah. Banyak teman yang bahkan sangat suka sama kepribadian dan karakter gue yang periang ini.

Suatu ketika waktu sekolah dasar, kelas 4 SD kayanya gue dapati tubuh gue melemah tanpa bisa gue tau apa sebabnya. Jelas ini bukan sesuatu yang biasa menimpa diri gue. Buru-buru gue beri tahu ibu dan bapak. Mereka pun mengantar gue ke RS Cipto bertemu dokter yang pastinya bisa menerjemahkan rasa sakit yang gue rasakan.

Sayangnya, dokter memberi kabar yang enggak mengenakkan. Ibu dan bapak pun bisa membaca semburat kegelisahan di paras gue dan menepuk-nepukkan pundak gue berusaha menenangkan. Enggak dapat gue pungkiri, gue yang dulu belum paham apa-apa cemas luar biasa membayangkan betapa mengerikan jadi orang yang mengidap penyakit mengerikan hhahaha.

Walaupun dokter bilang bahwa penyakit gue bukanlah sesuatu yang parah, tapi mengharuskan gue untuk opname beberapa hari, semangat gue udah terlanjur hilang. Gue merasa jadi manusia yang paling lemah dan enggak berguna. Kondisi tubuh yang rapuh membuat gue merasa dibatasi untuk melakukan apa-apa.

Seketika itu gue gak lagi punya bayangan tentang masa depan. Yang gue takutkan cuma mati. Oke, sekitar 2 minggu gue dirawat. Dan sembuh sekitar sebulan kemudian.



***
Belasan tahun berlalu, sekarang gue kena peradangan hati. Liver gue bengkak dan gak ada keluarga gue pun yang tau, hanya beberapa teman aja yang gue percaya yang gue kasih tau. Dimasa covid ini, gue adalah orang yang paling rentan terkena penyakit lain akibat komplikasi. Liver/hati gue bengkak, dan itu gak nyaman banget. Gue gampang lelah, gue mudah cape, dan rasa nyeri di bagian liver kalo gak sengaja kesenggol. Sakit ini gue rasa saat 5 hari setelah lebaran, saat gue berkunjung ke panti asuhan yang biasa gue datangi setiap bulannya. Saat itu gue gendong ade asuh gue, dan gak sengaja bagian perut bawah tulang rusuk gue kesikut dan itu sakit banget, sakitnya itu seharian nyeri sekali. Setelah itu gue diantar teman untuk check up ke klinik terdekat. Tapi langsung disuruh rontgen ke rumah sakit karena diagnosa dokter organ dalam gue yg sakit. Benar saja, ternyata liver gue mengalami pembengkakan dan peradangan. Kata dokter ini berbahaya, gue harus merubah pola hidup sehat(lagi). Gue gak boleh kecapean, gak boleh tidur pagi, gak boleh ini gak boleh itu...

Pantangan cuma pantangan, gue buktiin ke dokter kalo gue baik-baik aja. Gue masih bisa kerja, gue masih bisa olahraga, gue masih bisa sepedah, gue masih suka tidur kadang pagi, walaupun gue sering tidur cepet, gue masih bisa makan ini itu dann.. Gue masih hidup kan?? :D emang gue bandel, tapi gue harus sehat.. Gue kuat!

Namun sekitar 3 minggu lalu, jalan fikiran gue berubah saat berita kematian temen kuliah gue, anxiety gue kambuh dan gue gak tau harus bicara sama siapa.. Gue butuh seseorang buat bercerita, tp gue yakin mereka gak akan mengerti kalo gue punya ketakutan luar biasa dengan kematian. Gue stress sendiri!!! Kemana kalian??? Hahaha gak deng gue becanda, gue gak selemah itu.. Gue kuat walaupun sendiri!

Gue masih bisa ngadain charity, gue masih bisa ngumpulin temen-temen buat donasi amal mengingat kalo ada temen  SMP gue juga yang sakit kangker tulang. Disini gue masih merasa beruntung walaupun gue sakit, gue masih bisa ketawa ketiwi dan support orang lain dengan ngumpulin donasi sebanyak-banyaknya. Kurang lebih 9 hari kita ngadain donasi keliling cari donatur, dan gue juga aktiv calling-calling lembaga kemanusiaan yang peduli dengan teman-teman yang kurang beruntung kaya teman gue ini. Oke, fix kita dapet bantuan support materil maupun moral juga. Tapi sayang, setelah seminggu teman gue gak ketolong. She's died... :(

Gue sedih, sedih banget..
Gue juga takut di waktu yang bersamaan, gue takut umur gue juga gak panjang lagi. Disitu gatau siapa yang harus gue hubungin, yang gue tau cuma satu orang yang gue harapkan untuk mau mendengar keluh kesah gue, dan menjadi pemenang gue. Tapi nyali gue ciut menceritakannya, gue cuma miscall karena emang itu tengah pagi banget. Gak ada orang lain yang gue hubungin selain dia.

Oke, skip kembali ke penyakit gue.

Setelah itu gue sempet ke psikiatri, dan konsul masalah anxiety gue dan seperti biasa gue hanya diberi healing dan beberapa obat yang harus diminum rutin. Setelah dari sana, gue langsung kerumah sakit besar yang ada di jakarta untuk check up, kebetulan askes gue disana, gak jauh dari kantor.

I'm shock, liver gue makin bengkak dan peradangan nya makin parah dan gue harus mendapatkan suntikan dan harus nginep semalem ditempat itu. Dalam hati, Oke fix gue gak bakal lama. Ini sakit dan gak nyaman, sehari-hari gue rasain tanpa ada orang yang tau. Gue cuma bisa nyengir kuda saat orang-orang ada disekitar gue, gue harus ceria.

Pernah pada suatu momen, sekitar 2 minggu gue jadi ansos(anti sosial), gue gak buka HP sama sekali. Ehh buka, cuma untuk alarm dan main game. Gak ada mood buat ngapa-ngapain, gak ada mood buat bikin tulisan daily gue. Gue fokus buat sembuh, gue fokus buat sehat, gue fokus sm diri gue sendiri.

Saat itu, kehidupan sehari-hari gue pun terasa sangat terbatasi. Gue rindu berkumpul dengan kawan-kawan sepermainan. Gue ingin kembali menikmati momen nongkrong di kafe, nonton bioskop, jalan-jalan ke mall dan meninggalkan kamar tidur yang hampir setiap hari gue akrabpin.

Mungkin gue hampir gila dengan ini semua, bahkan bisa jadi gue lebih memilih mati dengan segera. Namun, di titik paling rapuh dalam hidup gue, gue selalu bisa menemukan mereka. Ya, melihat keluarga dan orang-orang terdekat yang juga sedang berjuang adalah kebahagiaan yang seperti bertransformasi jadi suntikan semangat buat gue.
Mereka yang memberi gue kekuatan agar di tengah rasa sakit gue bisa menjalani kehidupan yang normal. Gue tau, kalo gue harus melanjutkan hidup. Memikirkan dimana kelak gue akan membangun sebuah keluarga. Meski terkadang muncul rasa pesimis saat membayangkan masa depan karena gue gak percaya cinta, seengganya gue harus lebih tegar demi keluarga dan mereka yang peduli.

Tubuh gue boleh meregang kesakitan, tapi semangat gue enggak boleh dilemahkan. Gue tahu Allah yang mentakdirkan, tapi seenggaknya gue gak mau menyerah pada keadaan.

Gue percaya dengan semangat yang gue punya adalah obat yang gak ternilai. Gue merasa sepi sendiri, tp berkat rasa sepi itu, gue bisa menjalani hidup selayaknya orang-orang yang sehat. Gue buktikan bahwa penyakit yang diderita enggak bisa menghentikan langkah gue atau bahkan melemahkan gue.

Setiap harinya, gue berusaha memenuhi kepala gue dengan pikiran-pikiran yang positif. Gue yakin bahwa kemungkinan untuk hidup lebih lama itu selalu ada. Gue enggak mau hanya memikirkan hari ini atau besok, tapi gue berani membayangkan lusa, bulan depan, atau bahkan tahun yang akan datang..

Seiring waktu yang berjalan, gue ngerti bahwa Allah bukannya membenci. Sakit yang Dia berikan hanya wujud rasa cinta dan keinginan Nya melihat gue untuk terus memperbaiki diri. Aku pun semakin mengerti bahwa setiap detik dalam hidup gue adalah waktu yang sangat berharga. Gue berjanji untuk berusaha sebaik-baiknya manusia sebelum kelak tiba hari akhirku di dunia.

Gue gusti, gue harus kuat.. Walaupun sepi cuma diri sendiri yang mengerti, gue harus bisa tersenyum kapanpun dan dimanapun. Gak boleh ada air mata, gak boleh ada tangis.

Gue sakit, tapi itu gak akan membuat gue rapuh... Gue enggak pura-pura kuat, karena gue emang harus jadi kuat :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

kemacetan bukan budaya yang harus di lestarikan

Kemacetan Bukan Sebuah Budaya yang Harus di Lestarikan Tidak banyak yang menyadari bahwa masalah kemacetan sebenarnya merupakan masalah sosial budaya di dalam masyarakat. Perlu dipahami bahwa budaya adalah suatu hal menjadi ciri dalam masyarakat, menjadi sebuah pandangan dalam masyarakat, menjadikan sebuah alasan masyarakat untuk melakukan sesuatu yang dianggap sesuai dengan lingkungan dimana mereka berada dan dianggap mampu memberikan nilai lebih apabila dilakukan oleh pelakunya. Sebuah budaya tercipta melalui sebuah pola yang biasa dilakukan dalam masyarakat. Pola tersebut secara alami akan menjadi sebuah tatanan dalam masyarakat. Seseorang yang hidup di dalam masyarakat akan nyaman apabila mereka mampu hidup sesuai dengan tatanan yang telah ada tersebut. Mereka justru akan merasa malu apabila berada di luar atau berbeda dengan tatanan yang telah ada. Namun, tidak semua tatanan yang telah ada tersebut mampu memberikan efek yang positif apabila terus dilakukan dan di ikuti oleh masya...

jurnal perilaku konsumen (english)

European Journal of Business and Management www.iiste.org ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839 (Online) Vol 3, No.3 Effective advertising and its influence on consumer buying behavior Zain-Ul-Abideen (Corresponding Author) Department of Management Sciences, Abbasia Campus, The Islamia University of Bahawalpur, Punjab, Pakistan. E-mail: zuabideen@gmail.com Salman Saleem Department of Business Administration, Federal Urdu University of Arts, Science & Technology, Islamabad, Pakistan. E-mail: salmankhan302@gmail.com Abstract Advertising is a form of communication intended to convince an audience (viewers, readers or listeners) to purchase or take some action upon products, information, or services etc. This paper investigates the relationship between independent variables which are environmental response and emotional response with attitudinal and behavioral aspect of consumer buying behavior, by tapping the respons...

Happy Birthday Penghianat, I hate You

 Hello kamu yang tepat pada hari ini tanggal 29 September 2021 berulang tahun yang ke 29 tahun, aku masih sama seperti dulu. Lelaki yang paling mencintai kamu sekaligus lelaki yang paling membencimu. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk membencimu pada sisa-sisa 2014 milikku...  Ahh iya, selamat ulang tahun untuk kamu Ines...  Wanita yang paling ku banggakan pada masa itu, sekaligus wanita yang paling puas menyakiti diriku hingga aku mulai depresi dan menganggap semua wanita sama saja. Dari kamu aku mengenal cinta, darimu aku mengenal rasa sakit yang teramat karena di khianati.  Sesak rasanya, seakan ingin mati saja saat itu. Kamu telah membunuhku dengan sadarmu nes, walaupun aku masih bernafas. Aku telah mati, gugus telah mati. Yang ada hanya sisa-sisa kebencian dan penyesalan telah memberikan hatiku seutuhnya hanya untuk kamu pada saat itu.  Aku selalu mengingat tanggal 29 setiap bulan ini. Dan aku tidak pernah berhenti melupakannya penghianat sepertimu yang t...