15.30 pm, Sore ini aku terduduk dibangku plastik biru didepan teras depan rumahku yang dipenuhi keramaian hilir mudik orang-orang yang beraktivitas. Enggak terasa rindu demi rindu berlarian, air mata demi air mata berjatuhan. Mungkin di atas sana, Tuhan sedang menatap dengan penuh kekhawatiran atau barangkali di balik rahasia Nya tersembunyi sebuah kejutan. Entah dimulainya sejak kapan, cinta ini sepertinya sudah cukup lama aku pendam sendirian. Aku enggak mengerti dengan baik mengenai cinta, namun yang aku tahu dengan pasti, di detik saat sebuah senyum kausunggingkan, di titik yang lain aku juga turut merasakan kebahagiaan.
Tik tok tik tok detak-detik jarum jam berdengung telinga, seakan menegaskan ada nada bisu yang diteriakkan semesta untuk aku. Sunyi sudah menjadi teman, sejak aku tau aku bagimu enggak mungkin menjadi pasangan.
Aku ingin kamu menginginkanku.. Hal yang sangat mustahil bukan :D
Satu kalimat dihati dan fikiran yang kemudian menguap seiring berlalunya waktu. Tanpa disadari aku menjadi lelaki yang tulus mencintai, menanti sepenuh hati, tapi itu semua tetap aja bukan jaminan akan balas dicintai kan?? Padahal aku baru aja jatuh cinta. Apakah cinta emang begini? Apakah cinta bisa setega ini, ataukah aku yang salah menangkap arahan Tuhan tentang rasa di hati??? Apakah ini cinta atau hanya sebuah rasa peduli yang begitu besar terhadap dia???
Terkadang aku ingin cinta ku semudah membalikkan telapak tangan, namun kusadari bukan dengan sesingkat itu mimpi bisa terwujudkan. Terkadang aku ingin cinta menemukan tujuannya setelah lelah berjalan tanpa henti. Namun mungkin waktunya bukanlah saat ini. Mungkin tujuanku semestinya bukan kamu. Mungkin aku enggak perlu membuang waktu untuk terus menunggu.
Harus meminta Tuhan berbuat seperti apa, agar kamu kelak membalas seluruh cinta??? Barangkali memang begini seharusnya. Aku cinta, kamu enggak. Aku terluka, kamu enggak tahu apa-apa.
Bersandar pada ketetapan hati, aku terus menanti. Meski kutahu bukan aku lelaki yang hatimu cari dan kamu harapkan. Cinta ini sudah terlanjur, dan yang tertinggal hanya serpihan hati yang hancur. Namun belum menyerah aku memperjuangkanmu, sebab belum ada lain hati yang mampu mengetuk pintu di dadaku. Aku masih mengetuk pintu hatimu dengan sebuah doa, doa dan doa. Aku meminta kepada-Nya , pemilik hati semua manusia. Jika aku terus mengharapkanmu, bolehkah? Aku hanya ingin menjadi yang pintar mencintai, meski enggak begitu fasih dalam ilmu memiliki.
Sementara hati ingin menjadi satu-satunya yang kamu ingini, cinta pun akan berkata, dia enggak ingin membenci. Enggak apa aku bukan untukmu, enggak apa kita gak saling menuju. Tetap saja segala harap, semua rindu, setiap peluk bermuara padamu.
Beberapa pelukan memang diciptakan untuk mengantar rindu sampai ke tempat tujuan. Jika boleh sekali aja berharap untuk bisa memelukmu, pliss menganggukkah untukku. Kalau boleh sekali aja tertawa untuk perjalanan yang entah kapan habisnya, bolehkah aku menemani kamu??? Jika selamat tinggal adalah satu-satunya yang tersisa, ketahuilah bahwa beberapa waktu ini kamu menjadi sosok yang benar-benar aku cinta. Aku jatuh cinta padamu, seseorang yang tak pernah kutemui. Eh, aku pernah bertemu denganmu dalam mimpi, hanya dalam mimpi. Mungkin nanti pada akhirnya kita berdua pasti akan bahagia. Meski mungkin bahagiamu ialah dengan bersama yang lain, dan bahagiaku adalah mengubah arah harapan menjadi sesuatu yang lebih mungkin.
Mengagumi dari jarak sejauh ini adalah pintu bahagia yang kupilih. Dan semoga kelak, Tuhan akan memberiku kunci untuk pintu menuju bahagia yang lain merelakanmu, misalnya.
Aku bukanlah siapa-siapa, tentu aja aku harus rela jika pada akhirnya kamu berjumpa dengan dia yang ditakdirkan semesta. Dan aku memang bukanlah siapa-siapa, justru itu yang membuatku harus menelan perihnya luka.
Jika mencintai dalam diam adalah jarak terjauh yang mampu hatiku tuju, semoga secepatnya bahagia datang menujuku. Semoga tangan-tangan keajaiban ikhlas kelak memelukku, mencipta rasa lega luar biasa ketika melihatmu bahagia, meski bukan denganku.
Dingin dinding memeluk sunyi yang mencintaiku tanpa tetapi. Aku tersenyum lemah pada bayanganku sendiri, seraya bertanya "Masih sanggup menanti? Tak lelahkah hati?"
Teriakkan namamu dalam bisu bibirku lebih nyaring daripada seluruh tanya itu. Dalam hati, cinta padamu terus mengaliri sepi.. Sesepi itu caraku mencintaimu.
From Gusti to....
Komentar
Posting Komentar