Mengapa gue merasa sedih dan tertekan ketika bangun, tetapi umumnya gue ngerasa lebih baik tentang kehidupan gue saat di malam hari...
Banyak dari jawaban yang dijelasin psikiater gue itu udah mencakup beberapa aspek yang mungkin berhasil dalam kasus gue, dan gue tau ini pasti akan menjadi agak lama, tapi gue selalu berusah untuk meluangkan waktu. Namun, perlu diingat bahwa ini mungkin bukan masalah yang kalian pernah rasain.
Gue tau kalo kita sebagai manusia, juga sebagai spesies, sebagian besar adalah diurnal, tetapi sebagian dari kita enggak. Seperti diri gue ini. Dan gue mengetahuinya setelah melalui beberapa pengalaman dan konsultasi, terapi beberapa kali, beragam diagnostik, dan lebih banyak tes dan ujian daripada yang udah gue hitung dan lalui. Gue dulu ngerasa sangat seperti apa yang lo gambarkan.
Terus-menerus "lelah" secara fisik / emosional / mental hampir sepanjang hari, enggak peduli jumlah latihan fisik dan penyesuaian pola makan yang gue lakukan, tetapi mencapai puncak energi dan secara umum "merasa lebih baik " Malah di malam hari. Begitulah, sampai gue berusia 27 tahun, gue udah beberapa kali juga berusaha berkenalan ke spesialis gangguan tidur yang sampai pada kesimpulan bahwa gue memiliki ritme sirkadian "tertunda" yang membuat gue itu lebih waspada secara mental dan emosional / produktif / interaktif dari larut malam sore hingga beberapa jam sebelum matahari terbit (yang, di tempat tinggal gue, adalah 05.00–06: 00). Singkatnya, gue memiliki sesuatu yang enggak biasa, meskipun itu wajar-wajar aja.
Setelah bekerja dan mungkin nanti mapan secara finansial maupun fikiran , gue akan dihadapkan pada pemahaman tentang mengapa gue selalu merasa begitu sulit untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang bekerja selama "Jam Matahari" dan menuntut diri gue sendiri untuk mengikuti, menganggap diri gue ini "enggak mampu", "enggak kompeten" dan "lebih baik untuk enggak ada aja sekalian”kalo enggak. Dan seperti orang diurnal yang bekerja pada shift malam, hal ini justru malah sangat merugikan tubuh dan pikiran gue. Jadi segera setelah gue bisa (gue butuh beberapa tahun untuk sampai di sana, sebagian besar orang malah kerja shift malam itu karena alasan keuangan), gue mulai coba buat berganti karir, menjadi wiraswasta, dan menyesuaikan jadwal kerja gue dengan siklus gue ... Gue enggak melakukannya!!!
Gue enggak menyadari betapa adaptasi paksa itu menghentikan gue dari menjadi diri gue yang penuh dan bahagia sampai gue menendangnya diotak gue.
Gue saat itu mulai membiasakan tidur dari fajar sampe siang, yang kalo dipikir-pikir adalah sesuatu yang selalu gue lakukan kapan pun gue bisa, seperti saat liburan / kerja dan mulai mendapatkan hasil maksimal dari 8 jam tidur yangbdirekomendasikan per hari. . Dan enggak cuma bikin gue menjadi lebih produktif, tetapi gue juga menjadi orang yang lebih baik. Gue mulai tidur lebih nyenyak, nafsu makan gue menjadi lebih sehat, fungsi pencernaan gue membaik, sistem kekebalan gue membaik, kulit dan rambut gue juga rerlihat lebih baik (orang sering mengira gue satu dekade lebih muda dari diri gue sekarang ) wkwkkw 😆,
Gue lebih fokus, gue memahami banyak hal lebih baik, gue menjadi lebih sabar dan toleran. Hal-hal kecil yang dulu selalu mengganggu gue menjadi hanya… yah, hal-hal kecil, yang pada gilirannya membuat hubungan pribadi gue jauh lebih utuh dan menyenangkan.
Ingat, bagaimanapun, ini adalah cerita Gue dan itu mungkin bukan kasus lo. Ini membantu gue sendiri buat menunjukkan bahwa ada alternatif lain dari apa yang mungkin ada di sini, tetapi sebelum kalian pergi dan mendiagnosis diri sendiri dengan apa pun, pertimbangkan buat menemui orang-orang yang memang profesional dalam bidang kesehatan mental dan spesialis tidur. Cobalah untuk mengidentifikasi apakah enggak ada kondisi fisik / psikologis mendasar yang mengganggu kita?? Dan jika bukan itu masalahnya, periksa ritme sirkadian kalian dan tetapkan kronotipe kalian.
Gudluck!!!!
Komentar
Posting Komentar