Langsung ke konten utama

Tentang Berbuat Baik Versi Gue

 Berbuat baik itu bikin capek. Ketika lo udah bersedia untuk berbuat baik, menyalurkan semua kebaikan hati lo itu ehhh malah dimanfaatin sama orang jahat di luar sana.. Hahhaha 🤣🤣🤣 *gue mentertawakan diri gue sendiri*


Banyak filsuf-filsuf online copas filsuf beneran buat bilang kayak gini: “Jangan permah lelah berbuat baik kepada siapapun.


Tapi gue kok enggak pernah yakin betul yaa kalo mereka mengimani dan menjalani kalimat itu sendiri. Emang manusiawi juga sih, saat lo merasa udah capek betul buat berbuat baik. Udah deh, nggak perlu jadi martir. Sesekali, lo boleh kok jadi manusia egois dengan memikirkan diri lo sendiri!!! 


Berbuat baik sebenernya emang tuntunan semua agama, baik yang diakui negara maupun mereka para penyembah pohon wkwk. Tapi, kayaknya cuma malaikat yang bisa kayak gitu. Bahkan mereka, para pemuka agama dan orang terpilih pun pernah mengeluh...


Seenggaknya di dalam hati.. 


Berbuat baik sampai jadi kayak martir itu merusak mental. Dari draining, terus mental breakdown, sampai ke level bikin puisi putus cinta yang kayak gustiii ini aja belom belum.


Yang gue rasain setelah gue selalu berusaha buat berbuat baik sama siapapun, berbuat baik secara berlebihan malah bikin gue merasa sendirian wkwkw 🤣🤣


Gue udah sampai pada titik ini loh. Gue ngerasa situasi tengah memburuk. Butuh sebuah aksi dan pengambilan keputusan strategis #hasekk buat mengatasi keterpurukan gue ini. Namun, gue yang seharusnya menjadi pemimpin malah bersikap pasif dan enggak memberi solusi bagi diri gue sendiri. 


Sebagai seseorang yang “merasa” peduli, gue merelakan buat selalu berbuat baik tulus tanpa paksaan siapapun, tanpa ingin dilihat. Gue dari dulu selalu bekerja dua kali lebih keras. Gue selalu memikirkan hal-hal yang bukan jadi tanggung jawab gue dan gue jadikan itu semua buat berbuat baik sama siapapun. Saat gue kerja kemarin dan dapet uang lembur yaa lumayan sih kalo ada uang itu bisa gue pake buat “berbuat baik”, uang yang gue dapet gak pernah gue makan sendiri kok. Walaupun saat ini gue lagi enggak kerja sekalipun, karena memang pengurangan pegawai pasca covid gue masih punya sedikit tabungan pribadi gue buat berbagi.. Gue gak bermaksud ria atau apalah, ini gambaran gue yang bener-bener yaa emang tulus buat mereka. Tapi kadang gue mikir apa yang gue dapet dari mereka yang ternyata sombong itu??? Kata terima kasih pun nggak pernah sampai di telinga gue hahhahaa


Lantaran orang lain enggak juga tanggap dengan pengorbanan ini, gue ngerasa sendirian. Benee-bener sendirian!!!


Capek, capek sendiri... !!! Stres, ya stres sendiri!!!


Masalahnya, gue udah sampai pada titik di mana gue nggak mungkin berhenti karena situasi akan semakin buruk. Gue sebenernya udah sangat mencintai pekerjaan gue itu.


Apakah gue enggak kasihan sama hati gue sendiri?


Capek dianggap “bisa kapan saja”


Yang pasti bikin capek berbuat baik itu ketika niat gue malah disalahartikan. Gue dianggap “bisa kapan aja”. 


Niat berbuat baik dengan kerja lebih keras sampai dikira punya passion kerja. Apa-apaan! Lantaran kamu nggak enakan orangnya, kamu nggak bisa nolak permintaan bangsat itu. “Oke, Mas,” adalah jawaban yang kamu ketik di gawai lalu kirim dengan muka terlipat dan hati mengumpat, “Telek lencung!”


Kamu berhak untuk libur. Hatimu berhak untuk dibuat bahagia. Nggak dari orang lain, tetapi diri sendiri.


Kamu rentan dimanfaatkan


Ngelunjak. Biasa. Banyak yang kayak gitu. Ada sebuah titik di mana kamu harus memberontak. Pertama-tama, kepada diri sendiri. Kamu harus berani untuk berkata “Saya lelah”. Ketika kalimat itu nggak bisa kamu ucapkan ke diri sendiri, kamu akan jadi alat untuk dimanfaatkan orang lain.


Nggak usah terlalu munafik dengan berkata egois itu jelek. Berbuat baik itu memang perbuatan mulia. Tapi, ada kalanya kamu harus memperhatikan diri sendiri. Plis, yang akan selalu bisa menyayangi diri sendiri yang kamu sendiri. Berharap kepada manusia itu melelahkan. Pahami kalau banyak orang di luar sana yang jahat betul. Dunia nggak seindah itu.


Kekuatan untuk menolak, di kemudian hari, bakal membantumu. Trust me….





Komentar

Postingan populer dari blog ini

kemacetan bukan budaya yang harus di lestarikan

Kemacetan Bukan Sebuah Budaya yang Harus di Lestarikan Tidak banyak yang menyadari bahwa masalah kemacetan sebenarnya merupakan masalah sosial budaya di dalam masyarakat. Perlu dipahami bahwa budaya adalah suatu hal menjadi ciri dalam masyarakat, menjadi sebuah pandangan dalam masyarakat, menjadikan sebuah alasan masyarakat untuk melakukan sesuatu yang dianggap sesuai dengan lingkungan dimana mereka berada dan dianggap mampu memberikan nilai lebih apabila dilakukan oleh pelakunya. Sebuah budaya tercipta melalui sebuah pola yang biasa dilakukan dalam masyarakat. Pola tersebut secara alami akan menjadi sebuah tatanan dalam masyarakat. Seseorang yang hidup di dalam masyarakat akan nyaman apabila mereka mampu hidup sesuai dengan tatanan yang telah ada tersebut. Mereka justru akan merasa malu apabila berada di luar atau berbeda dengan tatanan yang telah ada. Namun, tidak semua tatanan yang telah ada tersebut mampu memberikan efek yang positif apabila terus dilakukan dan di ikuti oleh masya...

Akhirnya Dia Kembali Menyapa

 51. Sebagai rekan kerja, apa yg Anda lakukan?* a. Membantunya setelah menyelesaikan pekerjaan sendiri b. Menawarkan secara langsung bagian mana yang bisa dibantu c. Mengajak teman-teman lain untuk membantu pekerjaannya d. Memberikan semangat kepada dia 52. Orang tua saya sakit keras, akan tetapi di kantor pekerjaan tidak bisa ditinggalkan. Sikap  saya adalah* a. Tidak masuk kerja dan memberikan surat izin b. Bekerja ke kantor seperti biasa dan menghubungi orang tua setiap waktu dari tempat kerja c. Berusaha membereskan pekerjaan dan meminta izin kepada atasan jika memang itu  diperlukan d. Mengurus orang tua dan mengirimkan surat sakit dari dokter e. Datang ke kantor agak siangan dan menjelaskannya kepada atasan bahwa orang tua sakit 53. Berikut ini termasuk berkas yang sangat penting bagi jamaah haji diantaranya adalah,  KECUALI* a. Paspor b. Lembar Setoran  c. Pasphoto d. Lembar Setoran Lunas e. Surat Kabar 54. Ideologi dasar negara Indonesia dan menjadi land...

Sepi Tanpanya

 1. Saya berhasil mengatasi tantangan terutama karena saya ....* a. Mendapat bantuan dari teman b. Berani mencoba hal - hal yang tidak berisiko c. Berani mencoba dengan segala resiko d. Tidak putus asa dalam menghadapi keadaan 2. Kerja sama antarumat beragama dapat diwujudkan dengan … * a. Mempelajari keyakinan pemeluk agama lain. b. Ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain. c. Mengamati cara pemeluk agama lain beribadah. d. Ikut membantu memperbaiki rumah pemeluk agama lain. 3. Dari sekian pegawai di kantor, saya merasa beban tugas terberat ada pada saya ditambah  lagi dengan adanya deadline. Sikap saya... * a. Mengerjakan semua tugas sambil menggerutu dan marah-marah. b. Mengerjakan semua tugas setengah-setengah saja,yang penting sudah dianggap bertanggung  jawab c. Hanya mengerjakan pekerjaan yang saya senangi. d. Mengkonsumsi obat suplemen untuk mendongkrak tenaga saya dalam menyelesaikan semua  tugas. e. Mengerjakan semua tugas dengan senang hati dan berusah...