Bagaimana gue bisa melupakan seseorang yang sama sekali enggak gue kenal???
Kadang gue berfikir kalo kenal aja enggak, harusnya dengan mudah gue bisa ngelupain siapapun orang itu. Tapi ini enggak.
Selalu berusaha buat berhenti berpikir, dan mencoba mengakhiri masalah yang gue punya. Siapa gue? Mengapa gue disini? Mengapa gue menderita? Apakah gue benar-benar menderita???
Kadang gue juga tersadar kalo gue "cuma" Seorang individu yang cuma digerakkan oleh otak, yang dengan berbagai pandangan raga ini disebut dengan diri, ego, pikiran, atau "inilah diri gue". Segala yang tercipta pada diri gue ini terletak dipusat pikiran egois gue sendiri.
Bagi kebanyakan dari kita semua, "aku" adalah hal pertama yang muncul di benak kita ketika kita memikirkan tentang siapa sih diri kita. "Aku" mewakili gagasan tentang diri kita masing-masing, yang berada di antara telinga dan proyektor perekam yang ada dibelakang mata dan "mengemudikan" tubuh ini. "Pilot" yang bertanggung jawab, enggak banyak berubah, dan semua itu bagi kita cuma terasa seperti hal yang menghidupkan pikiran dan perasaan kita aja. Ia mengamati, membuat keputusan, dan melakukan tindakan seperti seorang pilot pesawat terbang.
Entahlah apa yang gue tulis malam ini, sebenarnya lagi enggak konek-konek banget karena deadline tugas. Inti dari semua yang gue tulis ini sih..., secara pribadi saat gue telah membubarkan egoisnya diri gue, gue merasa enggak akan pernah ada masalah yang terjadi. Semua yang terjadi akan terjadi begitu aja tanpa perlu diratapi. Gue akan benar-benar mulai menjalani versi terbaik dari Desain Manusia, Definisi Tertinggi sebagai manusia dengan mengubah prasyarat di mana gue sendiri diindoktrinasi dengan kesadaran yang tidak disadari.
Dan sulit buat diperhatikan saat "PIKIRAN" berbicara dan bahkan lebih sulit lagi ketika tindakan berjalan SANGAT KERAS sehingga enggak ada yang bisa gue dengar, saat apa yang dikatakan orang lain secara lisan. Jadi, gue terus mencoba menambahkan hal-hal yang mungkin secara egois meningkatkan gagasan tentang diri gue sendiri, secara individu, untuk secara ilusif mencoba mendefinisikan diri gue sendiri. Gue terlalu sadar karena selalu mengizinkan diri gue untuk selalu mencoba menyenangkan semua orang, walaupun pada akhirnya semua orang itupun pergi hilang entah kemana. Ketika seseorang harus meyakinkan orang lain tentang sesuatu, itu secara otomatis menciptakan KERAGUAN tentang validitas sesuatu itu. Entah kita membiarkan diri kita menang dalam permainan matriks dualitas kehidupan ini atau kita kalah saat mencoba??? Dalam hal ini gue lebih memilih kalah saat mencoba.
Gue akan terus diperiksa dan diuji oleh segalanya sampai gue enggak lagi terpicu. Gue harus belajar, menyerap semuanya, lalu secara alami membiarkannya larut kemudian mengumpulkan pengetahuan dari pengalaman dan selanjutnya dengan sepenuh hati berdamai dengan semua keburukan dan ketidakadilan hidup yang ada didunia ini.
Apakah kita diharapkan dunia, atau kita hanya manusia yang terbuang yang dipungut lalu diinjak-injak kembali oleh keadaan???
Komentar
Posting Komentar