Menurut lo, apakah sepi dan rindu itu adalah dua bersaudara yang enggak bisa dipisahkan??? Biasanya sih, sepi dan rindu itu datang sendiri-sendiri karena mereka punya jadwal yang hampir selalu bentrok dengan satu sama lain. Namun satu kali, entah gimana ceritanya, gue dikunjungi mereka berdua sekaligus.
Kalian semua mau tau apa rasanya dikunjungi sepi dan rindu secara bersamaan???
Tertekan dan sedih, gitulah rasanya.
Remuk redam rasanya tulang ini, berasa kaya hendak hancur aja seluruh tubuh ini kalo bukan ditopang oleh keinginan yang menyala untuk melihat hari esok. Terbakar udah semua asa dan impian gue, enggak ada lagi kata yang sanggup menjelaskan raung keinginan yang yang tumbuh dalam dada buat hengkang pergi dari dunia ini. Namun apa daya, jiwa ini enggak setuju dengan apa yang gue inginkan. Ia selalu setia dengan dua sahabatnya, yaitu sepi dan rindu.
Sepi adalah kutukan. Dia aadalah sekecil rasa yang sering datang karena memang tidak ada begitu banyak pekerjaan lain yang harus dia kerjakan selain meyakinkan raga, fikiran dan hati bahwa memang itu tugasnya untuk datang dan membuat orang merasa terlalu sendiri. Sepi membuat relung terdalam seseorang terasa hampa, nista, dan sendirian. Sementara rindu… Rindu seumpama anak kecil yang enggak tau adat. Masih kecil namun ia udah tau cara membuat orang merasa pedih, yakni dengan membuat mereka ingin selalu bertemu dengan orang itu ketika orang itu bisa aja sedang enggak ingin bersamanya bahkan saat orang itu telah melupakannya. Rindu memiliki banyak pekerjaan rumah walaupun dia masih kecil. Rindu harus memenuhi pikiran seseorang dengan kenangan manis sementara ia buru-buru lari ke hati dan meneriakkan bisikkan bahwa kita harus menunggu ribuan tahun mungkin sebelum kita bisa bertemu dengan mereka dan sederet pekerjaan lainnya yang enggak sudi ia bagikan kisahnya kepada siapapun. Sepi dan rindu sering bertengkar walaupun tugas mereka mirip-mirip. Bertengkar untuk jadwal kapan dan jatah waktu yang mereka dapatkan untuk meyakinkan seseorang, bertengkar untuk melihat siapa yang lebih besar, bertengkar untuk posisi “siapa yang lebih disayang”.
Jujur, gue hari ini sedang kesepian, mungkin juga sedang dilanda rindu.
Biasanya, rumah yang hanya satu lantai ini terasa begitu penuh dengan kehidupan. Selalu ada canda tawa gue dan bisikan diam yang selalu gue habiskan bersama ibu. Namun beberapa bulan semenjak dia yang gue cintai memutuskan untuk enggak mau mengenal gue lagi, dan memilih pergi. semenjak itu rasa kehilangan, sepi dan rindu mulai menyakiti gue. Kesepian, karena gue tau saat sepi nanti gue enggak akan disambut oleh kasihnya yang menenangkan. Rindu, karena dia selalu berada jauh dari gue. Telah gue ratapi kepergian kiki dengan air mata yang mengalir sedikit ketika malam pertama saat dia memilih untuk pergi menjauh. Gue sadar air mata itu hanya berhenti mengalir saat gue cape lalu lupa terlelap. Gue menangis ketika gue teringat padanya ketika gue lagi mandi, gue menangis ketika gue sedang bekerja, dan gue menangis ketika gue sadar kalo gue bukan siapa-siapa buat dia. Perasaan menyegat itu membuat gue cuma mampu berbisik pada Sang Pencipta berulang-ulang kalo bahwa gue merindukan kiki.
Ini adalah sebuah kisah mengenai sepi dan rindu yang datang bersamaan. Sepi dan rindu yang biasanya selalu terpisah hari ini telah berhasil menaklukkan seseorang yang selama ini gue kira akan bertahan sanpai akhir jika diterpa badai macam tornado sekalipun, seseorang yang ketika gue lihat dilayar ponsel kini memilih pergi menghilang enggak ada disana lagi.
Diri gue sendiri. Gue dihantui rasa takut kehilangan dia ketika ia berada jauh dari gue, sebuah perasaan yang selama ini asing. Jika sedih dan rindu selama ini selalu bertengkar untuk mencari siapa yang lebih hebat, kenyataannya mereka akan selalu lebih kuat seperti yang mereka lakukan pada gue hari ini dengan datang bersamaan. Mereka bersatu untuk menghancurkan semangat seseorang yang disebut sebagai “Gue” gusti.
Komentar
Posting Komentar