Langsung ke konten utama

Kita Semua Memiliki Topeng

 Banyak diantara kita merasa bisa membaca fikiran orang lain, tapi menurut gue itu enggak mungkin sih. Dan rata-rata kebanyakan orang percaya kalo “Dia” bisa membaca pikiran orang lain dan memahami apa yang mereka pikirkan, gue ngeliat kalo ini adalah hal bodoh, dan hal yang paling-paling bodoh menurut gue. Gue merasa konyol dan bodoh ketika gue sendiri juga ngerasa kalo gue bisa membaca fikiran orang lain, kenyataan nya enggakbsama sekali. Tapi memang banyak banget orang yang benar-benar percaya bahwa mereka mengenal “Lo” lebih baik daripada lo sendiri, dan ini biasa terjadi, gue mengatakan ini dari pengalaman pribadi gue, setiap kali seseorang "membaca" pikiran gue dia salah,btapi dia yakin kalo dia benar bahkan mengabaikan fakta bahwa itu cuma pendapatnya. itu adalah kegiatan yang mengganggu banget. Setiap orang harus memahami kalo mereka enggak selalu dapat membaca pikiran dan mereka harus berhenti bertindak berdasarkan hal-hal yang telah mereka "baca" dari pikiran Lo. Pikiran gue terlalu rumit sama kaya pikiran semua orang. Setiap orang seharusnya hanya membaca pikiran mereka sendiri dan bukan pikiran orang lain. Ketika seseorang mengatakan enggak, dia mengatakan enggak dan elo enggak bisa membaca pikiran mereka.

Lo harus mengabaikan fakta bahwa orang salah "membaca pikiran lo", lo juga harus mencoba menjelaskan kepada mereka bahwa mereka salah. Kalo mereka enggak mau mendengarkan, mereka adalah orang-orang yang bodoh yang ngira mereka mengenal “Lo” lebih baik daripada diri Lo sendiri. Orang kay gitu sering mengalami kesulitan memahami perbedaan antara opini dan fakta dan memperlakukan opini sebagai fakta.

Enggak ada yang benar-benar bisa membaca pikiran , Tindakan yang lo lihat di film atau di atas panggung hanyalah acting atau kalo lo pergi ke seseorang yang mengaku bisa membaca pikiran, itu adalah palsu.

Apa yang disebut pembaca pikiran akan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada lo terus kemudian saat mereka membuat elo terlibat dalam percakapan, mereka memberikan kembali variasi jawaban yang udah lo sampaikan dan sepertinya mereka telah membaca pikiran lo, lo pasti terganggu dengan percakapan itu.

Mereka lupa kalo setiap manusia itu memiliki “Topeng nya masing-masing”.

Ternyata, setiap orang selalu mengenakan topeng yang dipilih untuk diri mereka sendiri. Cukup tahu aja, menurut gue ada macam-macam topeng yang bisa dipilih, yakni topeng suami yang baik, istri yang baik, pacar baik, teman yang baik,..pokoknya apapun yang mereka anggap paling baik dan yan paling oke untuk diri mereka sendiri. Mereka menunjukkan kepolosannya, kebaikannya, kedermawanannya, kesetiaannya, kebodohannya dll. Mereka hanya membuat image yang seperti itu didepan orang lain, namun kenyataannya yang gue tau dan diri mereka sadari mereka hanya palsu. Dan hanya mereka yang tau. 

Akan tetapi, apakah diri mereka yang sebenarnya, yang berada di balik topeng? Tampaknya, kita enggak akan pernah tau. Bayangin aja, setiap orang punya koleksi topeng yang digantungkan di gantungan baju kamarnya. Nah, mereka bisa memilih topeng apa yang mereka gunakan, jika mereka hendak keluar dari kamar. Gue anakogiin gini, mungkin sekali waktu, ada orang yang memilih memakai topeng buruh pabrik, lain kali ia jadi ketua RT, lain kali ia jadi pemain bulu tangkis. Ada orang yang memakai topeng sebagai lelaki baik baik padahal berengsek, ada Wanita yang memakai topeng baik juga padahal mereka jauh dari kelihatannya. Engga cuma itu, jika ia bosan, ia bisa kembali ke kamar dan mengganti topengnya. Kekasih yang baik dan mesra pun bisa berubah menjadi bos yang galak dan suka marah-marah. Akan tetapi, di antara sekian banyak topeng yang menggantung nganggur di gantungan bajunya, yang mana yang merupakan wajah aslinya?? 

WHO IS KNOW?????

Emang, dalam hidup sehari-hari, kita enggak bisa melihat topeng orang lain, tetapi kita melihat wajah orang-orang yang kita temui. Dengan kata lain, orang-orang selalu tampak bagi kita mengenakan wajah mereka sendiri, dan enggak pernah memakai topengnya. Tapi kenyataannya???

Jauh di lubuk hati kita, kita selalu tahu, wajah-wajah yang kita temui itu pada dasarnya hanyalah topeng.

Lalu, mungkinkah salah satu dari topeng-topeng, atau dari salah satu wujud metamorfosisnya tersebut, yang digantung di gantungan baju itu adalah wajah kita yang sesungguhnya, yang sejati, yang beneran?

Masalah yang lebih dalam lagi, apakah mungkin kita memiliki wajah yang sejati, yang beneran itu tadi????

Setiap saat dalam hidup kita, kita selalu diberi peran tertentu. Peran tersebut bisa saja dengan sukarela kita jalani, atau dengan keterpaksaan. Peran itu pun selalu berganti, enggak pernah itu-itu melulu. gue berandai-andai sendiri di meja kerja kantor gue yang sepi ini, mungkin, kalo kita melepaskan topeng yang kita pakai kemana-mana itu, kita tidak akan menemukan apa-apa di wajah kita. Kita adalah manusia yang bertopeng, tetapi enggak berwajah… Mungkin juga, kita telah salah mengira dengan menjadikan salah satu topeng yang kita pakai sebagai wajah kita sendiri. Kalau “Lo” bercermin, yakinkanlah kalo "Itu" Adalah diri lo sendiri, bahwa elo engga lagi mengenakan topeng. 

Batas-batas topeng dengan demikian adalah batas-batas ‘keliaran’ manusia itu sendiri. Kalo Lo adalah topeng, bukankah berarti topeng itu juga gue???


 Jangan-jangan, konsep manusia itu sendiri juga merupakan sebuah topeng yang khusus. Ah, bukannya ini menandakan kalo kita emang hampir enggak tau apa-apa tentang diri kita sendiri??? Apalagi diri orang lain????

Kaya gue yang lagi menerka-nerka topeng apa yang lagi lo pakai saat ini. Apakah itu diri lo???

Bodoh, gue terlalu bodoh untuk menerka-nerka itu semua kalo gue bisa membaca pikiran orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kemacetan bukan budaya yang harus di lestarikan

Kemacetan Bukan Sebuah Budaya yang Harus di Lestarikan Tidak banyak yang menyadari bahwa masalah kemacetan sebenarnya merupakan masalah sosial budaya di dalam masyarakat. Perlu dipahami bahwa budaya adalah suatu hal menjadi ciri dalam masyarakat, menjadi sebuah pandangan dalam masyarakat, menjadikan sebuah alasan masyarakat untuk melakukan sesuatu yang dianggap sesuai dengan lingkungan dimana mereka berada dan dianggap mampu memberikan nilai lebih apabila dilakukan oleh pelakunya. Sebuah budaya tercipta melalui sebuah pola yang biasa dilakukan dalam masyarakat. Pola tersebut secara alami akan menjadi sebuah tatanan dalam masyarakat. Seseorang yang hidup di dalam masyarakat akan nyaman apabila mereka mampu hidup sesuai dengan tatanan yang telah ada tersebut. Mereka justru akan merasa malu apabila berada di luar atau berbeda dengan tatanan yang telah ada. Namun, tidak semua tatanan yang telah ada tersebut mampu memberikan efek yang positif apabila terus dilakukan dan di ikuti oleh masya...

jurnal perilaku konsumen (english)

European Journal of Business and Management www.iiste.org ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839 (Online) Vol 3, No.3 Effective advertising and its influence on consumer buying behavior Zain-Ul-Abideen (Corresponding Author) Department of Management Sciences, Abbasia Campus, The Islamia University of Bahawalpur, Punjab, Pakistan. E-mail: zuabideen@gmail.com Salman Saleem Department of Business Administration, Federal Urdu University of Arts, Science & Technology, Islamabad, Pakistan. E-mail: salmankhan302@gmail.com Abstract Advertising is a form of communication intended to convince an audience (viewers, readers or listeners) to purchase or take some action upon products, information, or services etc. This paper investigates the relationship between independent variables which are environmental response and emotional response with attitudinal and behavioral aspect of consumer buying behavior, by tapping the respons...

Happy Birthday Penghianat, I hate You

 Hello kamu yang tepat pada hari ini tanggal 29 September 2021 berulang tahun yang ke 29 tahun, aku masih sama seperti dulu. Lelaki yang paling mencintai kamu sekaligus lelaki yang paling membencimu. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk membencimu pada sisa-sisa 2014 milikku...  Ahh iya, selamat ulang tahun untuk kamu Ines...  Wanita yang paling ku banggakan pada masa itu, sekaligus wanita yang paling puas menyakiti diriku hingga aku mulai depresi dan menganggap semua wanita sama saja. Dari kamu aku mengenal cinta, darimu aku mengenal rasa sakit yang teramat karena di khianati.  Sesak rasanya, seakan ingin mati saja saat itu. Kamu telah membunuhku dengan sadarmu nes, walaupun aku masih bernafas. Aku telah mati, gugus telah mati. Yang ada hanya sisa-sisa kebencian dan penyesalan telah memberikan hatiku seutuhnya hanya untuk kamu pada saat itu.  Aku selalu mengingat tanggal 29 setiap bulan ini. Dan aku tidak pernah berhenti melupakannya penghianat sepertimu yang t...