Bencana Merapi
Gunung merapi adalah sebuah gunung teraktif di dunia yang cukup sangat terkenal dan terletak di antara perbatasan antara jawa tengah dan Jogjakarta. Pada selasa minggu lalu kembali meletus. sebenarnya gunung merapi ini pernah meletus terakhir kali pada tahun 1994 menewaskan banyak sekali korban tewas mencapai ribuan. Sekarang gunung merapi kembali meletus dan memuntahkan segala isinya pada tanggal 26 oktober 2010 sampai saat ini pun masih sering memuntahkan semua isinya dan masih tidak bisa diprediksi karena sewaktu-waktu masih dapat saja meletus kembali.
Sampai saat ini sudah cukup banyak korban yang tewas akibat letusan gunung merapi , mereka rata-rata meninggal karena tidak percaya akan peringatan yang telah disampaikan sebelumnya dan tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya untuk mengungsi. Para korban pada umumnya percaya bahwa gunung merapi tidak akan meletus. Tetapi kenyataan berkata lain, pada tanggal 26 oktober lalu gunung merapi memuntahkan awan panas yang sering disebut dengan wedus gembel dengan sangat derasnya. Suhu wedus gembel diperkirakan mencapai 600 derajat celcius. Dapat kita bayangkan apa yang akan trjadi bila manusia terkena awan panas ini. Kondisi lokasi yang paling parah di terjang awan panas adalah desa cangkringan , desa dimana tempat mbah Maridjan (sebagai juru kunci gunung merapi) tinggal. Beliau juga menjadi korban tewas karena ia tidak mau mengungsi sebab ia percaya gunugn merapi tidak akan meletus , tetapi nasib berkata lain ia ditemukan tewas dalam keadaan bersujud dan menghadap kiblat. Diduga diatewas ketika sedang melakukan shalat.
Banyak korban tewas pada umumnya adalah para lelaki dewasa yang sedang menunggu rumah, karena para istri dan anak-anak lebih diprioritaskan untuk mengungsi sedang sang suami sesekali mengecek keadaan rumahnya. Nasib para pengungsi pada saat ini sangat memprihatinkan sekali. Karena pada saat ini pengungsi yang telah terdata mencapai ribuan orang karena jarak kondis aman dari letusan merapi dinaikkan men jadi 20km dari pusat letusan. Hal ini menyebabkan tempat-tempat pengungsian menjadi penuh sesak dengan para pengungsi yang semakin hari semakin bertambah. Mereka mengharapkan bantuan-bantuan dari para orang yang mampu untuk mengurangi beban penderitaan mereka tersebut. Hal ini menyebabkan cukup banyak pihak yang peduli dan berinisiatif untuk membuat posko-posko bantuan dan mengoperasikan bantuan-bantuan tersebut ke pengungsian.
Para pengungsipun sangaat bersyukur sekali karena masih ada yang peduli terhadap mereka, tetapi mereka sangat berharap agar bencana merapi ini cepat berhenti supaya dapat kembali lagi kerumah mereka masing-masing dan menjalankan aktifitas masing-masing. Saya dapat merasakan apa yang terjadi di tenda pengungsian walau hanya dapat melihatnya dari layar televisi saja. Keadaannya memang sangat memprihatinkan sekali. Penyaluran bahan-bahan bantuanpun dirasakan kurang efektif karena tidak menjangkau seluruh korban bencana ini, malah saya mendengar banyak sekali bantuan seperti makanan nasi bungkus yang terbuang sia-sia karena basi, sebaiknya para relawan yang ingin membantu tidak memberikan bahan makanan yang mudah basi karena akan sia-sia, sebaiknya memberikan makanan padat seperti roti, indomie, biskuit dsb.
Mereka juga sangat membutuhkan pakaian bersih, obat-obatan dan juga air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka di pengungsian. Saat ini bantuan yang masuk sudah cukup banyak namun hanya mengacu pada bahan pangan saja, kurang memperhatikan kebutuhan sandang dan papan. Penderitaan mereka para korban akan terus berlanjut apabila gunung merapi kembali meletus lagi karena pasti akan sangat membuat semua sector infrastruktur kegiatan mereka sehari-hari mati total. Sekarang saja kota Jogjakarta yang berjarak kurang lebih 10-15km dirasakan sudah sangat seperti kota mati karena banyak dari sebagian orang yang mengungsi tidak berani kembali kerumah masing-masing karena trauma yang sangat mendalam mengigat akan masih berbahayanya aktivitas gunung merapi pada saat ini. Banyak pula daerah yang sangat dekat dengan gunung merapi sepeti luluh lantah diterjang awan panas maupun abu vulkanik yang menghancurkan rumah-rumah maupun berbagai infrastruktur yang ada. Kebanyakan dari mereka yang mengungsai sangat menaruh harapan pada pemerintah untuk segera membuat tenda-tenda yang lebih baik lagi daripada sekarang karena dirasakan oleh mereka kurang nyamannya tempat mereka mengungsi saat ini.
Tidak menutup kemungkinan mereka akan terkena berbagai macam jenis penyakit mengingat sering menghirupnya abu vulkanik yang berterbangan tertiup terbawa angin. Untuk itu sebaiknya pemerintah meningkatkan bantuan di bidang kesehatan pula dengan membuatkan tempat pengobatan/rumah sakit yang mudah diakses oleh para korban tersebut, hal ini saya rasa sangat efektif untuk mengurangi beban penderitaan mereka saat ini. Mengingat banyak pula anak-anak kecil yang juga ikut menjadi korban sebaiknya didatangkan pula guru-guru pengajar untuk mengajar atau membantu menghilangkan beban sikis dan trauma yang cukup mendalam mereka. Sekarang ini keadaan anak-anak disana juga sangat memperihatinkan sekali. Apalagi banyak pula para balita-balita yang masih membutuhkan asupan gizi tetapi asupannya kurang karena faktor ini.
Untuk itu saya sangat mengharapkan sekali agar kita semua dapat membantu dengan menyisihkan sedikit harta yang kita punya atau dengan tenaga yang kita miliki untuk sedikit mengurangi beban penderitaan yang saat ini mereka rasakan.
Created by: gustiantorahman
Kemacetan Bukan Sebuah Budaya yang Harus di Lestarikan Tidak banyak yang menyadari bahwa masalah kemacetan sebenarnya merupakan masalah sosial budaya di dalam masyarakat. Perlu dipahami bahwa budaya adalah suatu hal menjadi ciri dalam masyarakat, menjadi sebuah pandangan dalam masyarakat, menjadikan sebuah alasan masyarakat untuk melakukan sesuatu yang dianggap sesuai dengan lingkungan dimana mereka berada dan dianggap mampu memberikan nilai lebih apabila dilakukan oleh pelakunya. Sebuah budaya tercipta melalui sebuah pola yang biasa dilakukan dalam masyarakat. Pola tersebut secara alami akan menjadi sebuah tatanan dalam masyarakat. Seseorang yang hidup di dalam masyarakat akan nyaman apabila mereka mampu hidup sesuai dengan tatanan yang telah ada tersebut. Mereka justru akan merasa malu apabila berada di luar atau berbeda dengan tatanan yang telah ada. Namun, tidak semua tatanan yang telah ada tersebut mampu memberikan efek yang positif apabila terus dilakukan dan di ikuti oleh masya...
Komentar
Posting Komentar