Pernahkah lo berkata pada diri lo sendiri???
Gue muak mendengar mereka yang berada diposisi hidup yang lebih baik. Gue lelah mendengar kalo ini semua sebenernya terjadi karena suatu alasan. Duka cita yang gue alami selalu ditanggapi dengan kata-kata atau penilaian kosong mereka, jadi mengapa gue harus repot-repot bilang terus mengatakan semua yang sebenarnya kepada siapa pun???
Gue cuma sedikit berharap ada satu orang, hanya satu orang aja yang mau mendengarkan bagaimana perasaan gue yang sebenarnya.
Lo itu enggak sendiri.
Lo udah menemukan tempat dimana kesedihan lo itu diterima sepenuhnya, dan lo enggak akan mendengar satu dua kata hampa atau omong kosong belaka.
Kalo lo seperti kebanyakan orang, pasti lo udah berhenti membicarakan kesedihan lo. Hanya ada begitu banyak kutipan inspiratif tentang kematian yang dapat lo terima dari teman, group-group, artikel, atau apapun sebelum lo malah memutuskan untuk diam aja.
Masalahnya, rasa sakit, seperti cinta, membutuhkan ekspresi. Apakah orang-orang dalam hidup lo ingin mendengarnya atau enggak???!
Lo sendiri memiliki kebenaran yang perlu dibagikan, mungkin tertulis, atau diutarakan secara vokal agar bisa dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, bahkan dimengerti mereka.
Apakah kesedihan yang lo bawa itu berasal dari kematian atau dari banyak kehilangan lain yang lo derita dalam hidup???!
Menulis perjalanan hidup tentang kenangan baik/buruk adalah untuk diri lo sendiri. Ayo bagikan apa yang benar tentang diri lo sendiri tanpa takut akan koreksi, penilaian, atau kenyamanan palsu. Pengakuan akan kebenaran adalah suatu kelegaan kan???
Dan itu menyembuhkan sesuatu di dalam diri kita. Yang terluka, sakit.
Menulis emang enggak akan menghapus kesedihan kita.
Tapi itu akan membantu kita menghormati kenangan manis maupun pahit yang kita telah jalani.
Duka yang gue alami enggak perlu diatasi,
Ini cuma harus dipahami.
Gue selalu mencoba untuk menemui orang-orang yang mengerti.
Kenyataannya mereka sama aja, jadi gue menulis..
Kebenaran tentang gue adalah tulisan-tulisan ini.
Jujur, gue selalu bertanya-tanya apakah gue ini bisa menulis tentang semua yang telah terjadi. Gue khawatir kalo gue malah akan dihakimi. Gue memiliki kekhawatiran tentang kemampuan gue sendiri untuk membaca karya orang lain tanpa terkoyak secara emosional, gue juga khawatir kalo gue akan tercabik-cabik (lagi) dengan menghidupkan kembali sebagian dari kesedihan diri ini.
Tapi pada saat gue menulis ini semua gue kaya merasa lagi menemukan suara gue yang sebenarnya. Bukan suara gue yang biasa, suara sehari-hari gue..tapi suara gue saat dalam kesedihan.
Gue mulai menulis buat diri gue sendiri, bukan untuk orang lain. Sangat membebaskan. Gue coba publikasikan, dan menyelesaikannya semua bisikan-bisikan dikepala dengan ketikan pada jari-jari ini.
Enggak pernah ada tekanan untuk tampil. Ini adalah salah satu cara yang mendukung diri gue pribadi untuk menguraikan setiap rasa sedih, senang, semua rasa yang dibisikkan kedalam otak, fikiran dan hati. Gue diberi panggung online, mungkin gue disaksikan, mungkin ada seseorang yang membaca tulisan ini, seseorang yang memahami setiap tulisan gue yang berantakan, seseorang yang memiliki kesedihan yang sama seperti gue.
Gue bukan orang aneh. Gue belajar tentang kesedihan gue sendiri, gue belajar tentang gue.
Komentar
Posting Komentar