Kebanyakan orang enggak bangun pada suatu pagi yang indah dengan pikiran "Gue masih kepikiran dia, dia gimana yaa kabarnya???"
Biasanya sih itu cuma sebuah proses. Ini bisa melibatkan banyak konflik pada jiwa, percakapan-percakapan kecil yang bikin down, insiden kecil yang membuat kesal, tapi biasanya kebiasaan kaya gitu terjadi buat waktu yang lama dan sering diabaikan sebelum seseorang mencapai titik, "Gue enggak menginginkan ini lagi dan gue akan membebaskan bagian hati yang patah agar bisa bebas lagi"
Masalalu gue mungkin enggak ingin menyakiti gue (atau bahkan dirinya sendiri), tetapi dia telah menemukan cukup alasan untuk ingin melanjutkan hidup tanpa gue. Itu menyakitkan buat gue emang dan rasanya enggak adil banget, apalagi waktu itu gue masih sangat mencintainya. Sayangnya, cinta enggak selalu adil. Terkadang kita berada di tempat yang berbeda dalam hidup dan emosi kita. Dan juga, sayangnya, jawaban "enggak" dari masalalu gue dulu membuat semua argumen gue menjadi tidak valid. Gue enggak dapat menolaknya karena waktu itu gue belum siap melepaskannya.
Perbedaan pendapat, rasa bosan, dan perselingkuhan sepenuhnya cukup untuk membubarkan suatu hubungan. Itu sulit buat ditangani, tetapi sesuatu yang diketahui semua orang sebelumnya atau nanti dan itu selalu menyakitkan.
Gue harus belajar menerimanya, biarpun rasa trauma takut tersakiti kembali itu masih terngiang sampai saat ini~
Komentar
Posting Komentar