Banyak sekali yang sedang aku
pikirkan, salah satunya adalah memikirkanmu, dan terkadang aku pun tak
mengerti jalan pikiranku sendiri. Apakah kau juga pernah merasakan hal
ini?
Aku menulis ini sambil kebingungan,
bingung dengan pertanyaan diriku sendiri. Apakah kita memang sama-sama
sedang mencari untuk saling menemukan? Atau setelah kita dipertemukan,
kita akan dipisahkan?
Sepertinya kita hanyalah korban dari
rahasia waktu, kita terlalu sering mengira-ngira akan jatuh cinta pada
siapa, akan memiliki hati siapa, dan akan menitipkan hati pada siapa.
Itu adalah urusan hati, dan hati selalu berurusan dengan waktu.
Saat kau patah hati, apa yang kau lakukan
selain meyakinkan diri untuk tabah, sembuh, dan melupakan? Kembali
lagi, semua adalah perihal waktu. Kenapa harus berkaitan dengan waktu?
Aku selalu penasaran dengan retorika pertanyaan-pertanyaan yang nihil
jawaban itu.
Tapi, mungkin jawaban yang paling benar adalah : ini semua masih rahasia sang waktu.
Rahasia yang membuatmu terdorong untuk
selalu mencari dan menatap, menatap kemudian menitip, menitip lalu
menutup. Menutup hati untuk menetap pada hati seseorang yang kau cari
untuk kau temukan dan seseorang itu mencari untuk menemukanmu.
Hidup ini terlalu singkat, untuk itu saat
aku mencari dan menemukanmu, aku ingin berlama-lama denganmu untuk
hidup yang singkat ini.
Pernah kau merasa begitu sepi? Hingga
kau terperanjat sendiri bahwa keadaan di sekitarmu sangat hampa. Bahkan
udara tak bersuara.
Pikiranmu menerawang jauh menjelajahi koridor masa. Menapaki jejak curam kenangan silam bersama seseorang di lobi ingatan.
Kau hanya bisa membisu dan tak ingin berkata apapun.
Tak ada yang salah dalam perhitungan
waktu, semua hanya kumpulan kata seandainya yang tertahan di ujung
lidah. Kelu. Bercampur pilu.
Kau hanya bisa terpaku melihat arah jarum jam yang bergerak ke kiri.
Menghipnotis jalan pikiranmu agar kau berjalan melewati selasar-selasar yang samar untuk membuka sebuah pintu. Pintu masa lalu.
Apa yang ingin dan akan kau lakukan jika
diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu? Apakah kau memilih untuk
kembali mengulang untuk memperbaiki semua rinci kesalahan yang tertancap
di nadi; yang menjadi sebab kepergian. Atau kau lebih memilih untuk
menulis cerita baru dan menghapus ingatan tentang sebuah pertemuan yang
berujung perpisahan tak terelakan.
Kau takkan bisa menghindar dari waktu, ia
berjarak lebih dekat dari bayangan sepatu yang kau gunakan untuk
berpijak satu demi satu.
Mari, mulai detik ini kita berlomba untuk saling melupakan, dan sudah ditetapkan aku yang akan terlupakan duluan.
Komentar
Posting Komentar