Untuk kamu, yang sempat hadir..
Apa kabar? Sudah lama kita tak jumpa.
Jangankan berjumpa, saling sapa pun sudah tidak. Aku maklumi itu semua.
Aku menghargai kehidupanmu, dan kau? Entah masih peduli dengan hidupku
atau tidak.
Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku
menulis ini semua? Jika kau mengira, karena aku ingin mencuri
perhatianmu, tentu tidak. Untuk apa. Lalu jika kau mengira, aku ingin
mendramatisir keadaan, itupun tidak. Sama sekali tidak.
Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak pernahkah kau merasakannya juga? Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya semalam. Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah.
Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak pernahkah kau merasakannya juga? Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya semalam. Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah.
Untuk kamu, yang sempat hadir.
Maaf aku sempat membuatmu muak. Dengan
sikapku yang kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, yang sering berdrama
dengan segala masalah. Kau selalu mengingatkanku. Dan lagi, aku
terlambat menyadarinya. Aku tahu aku salah, tapi siapa yang peduli saat
itu. Yang aku tahu hanya, cinta itu menyakitkan ketika kamu pergi. Itu
saja. Bodoh? Iya. Sangat bodoh. Kadang aku pun hanya tertawa bila
mengingatnya. Perjalanan kita amat sangat lucu ternyata.
Aku ingat, kita memulai dengan cara yang
salah. Entah aku, atau kamu. Tapi aku tak ingin menyalahkan siapapun,
karena untuk masalah perasaan semua orang akan merasa benar. Meskipun
penuh kebohongan dan ketidakpedulian. Cukup aku saja yang tahu maksud
semuanya.
Perjalanan memang kadang membuat aku
terbang lalu jatuh. Dan terima kasih, kamu telah menjadi perjalananku.
Hidup kadang terasa manis seperti gulali yang aku beli di taman hiburan,
tapi ada masanya terasa pahit sama seperti aku yang tidak sengaja
menyesap ampas kopi. Dan kamu telah menjadi keduanya di saat yang
bersamaan. Sekali lagi, terima kasih. Untuk pernah hadir lalu pergi. Dan
untuk sempat memulai lalu mengakhiri.
Untuk kamu, yang sempat hadir.
Aku tadi bilang bahwa aku merindukanmu,
tapi setelah aku menulis ini semua aku tak lagi merasakannya. Aku sedang
tersenyum, percayalah. Aku bahagia. Tak perlu aku yang merindukanmu
lagi. Tugasku sudah cukup. Tugasku kini pergi lalu menghilang. Untuk tak
saling mengenal akan lebih baik, mungkin? Hahaha aku hanya bercanda.
Aku tidak kekanak-kanakan lagi. Aku hanya berharap aku dan kamu baik
baik saja. Kita bahagia bersama, di jalan yang berbeda.
Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku dapat bertemu kamu, dengan senyuman. Tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang. Dan aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya.
Iya, seseorang yang aku kenalkan adalah orang yang membuat aku tersenyum setelah kamu membuat aku menangis. Dan kamu, mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku sedang menangis.
Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku dapat bertemu kamu, dengan senyuman. Tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang. Dan aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya.
Iya, seseorang yang aku kenalkan adalah orang yang membuat aku tersenyum setelah kamu membuat aku menangis. Dan kamu, mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku sedang menangis.
Untuk kamu, yang sempat hadir.
Aku merasa cukup. Dan aku pergi.
Aku merasa cukup. Dan aku pergi.
#SD
Komentar
Posting Komentar