Langsung ke konten utama

Pasti Bisa, Move On!!!

 Didalam hidup gue enggak ada kerusakan hati yang lebih fatal dari pada dikhianati oleh orang yang sangat gue cintai. Setiap hari gue selalu dicekoki puluhan berita, kisah fiksi, dan lantunan lagu yang menceritakan kemunduran (kalo enggak kehancuran) hidup seseorang akibat pasangan yang menyalahgunakan kepercayaannya. Itulah yang terjadi pada diri gue dulu, seorang mahasiswa tingkat akhir yang baru aja menyusun skripsinya.


Dulu gue punya pacar, dan kurang lebih 3 tahun kita bareng-bareng. Semua keindahan waktu masih sama-sama itu terasa enggak ada artinya karena setelah dia berselingkuh dengan teman gue sendiri rasanya sulit banget mempercayai ucapan dan tindakan dia. Dia mengaku menyesal, dia udah melakukan banyak hal buat memperbaiki. Tapi gue waktu itu kayak selalu mencari-cari tanda kalo dia emang sedang melakukannya lagi. Akibatnya gue juga susah mempercayai pikiran gue dan keputusan gue sendiri. Gue banyak banget ngelakuin blunder, karena waktu gue sampe abis mempertimbangkan suara-suara yang membisikkan pikiran kedua gue, pikiran ketiga, pikiran keempat, dst... 


Gue gampang berempati dengan semua kenangan kaya gitu, karena gue pernah mengalami hal nyata itu. Kemungkinan besar lo juga pasti pernah kah??? Gimana rasanya dikhianati dan kemudian lo enggak bisa percaya sama siapapun??? Setiap detik, setiap menit, setiap jam lo dibayangi kekhawatiran apakah si dia lagi ngelakuin hal-hal yang enggak seharusnya. Pikiran lo cepat banget beranak pinak, “Jangan-jangan dia lagi begini. Mungkin dia lagi begitu. Bisa juga dia begini. Atau sepertinya begitu...” perasaan lo kaya lagi kehilangan pegangan, kalang kabut berusaha memperhitungkan segala sesuatu buat mastiin kejadian yang sama enggak akan terulang lagi. Dan itu semua sangat melelahkan rasanyaaaa~


Gue mau mempercayainya lagi, tapi gue sendiri enggak yakin bisa ngelakuinnya. Dia yang berbuat salah, tapi kenapa gue ngerasa itu kesalahan gue karena telah mempercayai dia???? Terus kenapa setelah ini semua, justru gue yang ngerasa begitu bermasalah???


Apakah gue malah akan terus berantakan kayak gini?? Gue yakin kok apa yang gue pikirin ini juga jadi pemikiran lo dan semua orang-orang yang pernah mengalaminya, karena jelas gue pun pernah terjebak di relung hati gelap itu.


Perbedaan pengalaman lo ataupun dengan gue, cuma disejumlah detil jalan ceritanya. Gue mungkin udah berpisah dengan sang pengkhianat, dan lo belum. Tapi sekarang gue menyadari betapa sulitnya membuka diri dan mempercayai ketika bertemu orang baru. Gue berantakan sampai hampir enggak selesai skripsi tepat waktu, dan lo mungkin enggak sejauh itu tapi tetap mengalami penurunan konsentrasi fikiran dan hati malah jadi rapuh. Mungkin juga lo sekarang udah punya pasangan baru, tapi masih dibayang-bayangi ketakutan dari hubungan yang lalu. Ada banyak banget cerita baru, tapi sumber luka tetap sama.. 


Mempercayai lagi setelah terlukai emang perjalanan harian yang harus dilalui dengan sabar dan perlahan banget, langkah demi langkah. Mempercayai orang yang sama ataupun orang yang baru sebenarnya sama aja sih, karena pada dasarnya lo sendiri udah kehilangan kepercayaan pada diri lo sendiri. Enggak peduli siapa yang lo percayain, terus sesempurna apapun dia dan berusaha semaksimal apapun dia, yaa lo akan tetap sulit melangkah bareng dia kalo lo belom memperbaiki keyakinan diri lo sendiri.


Kalo gue sederhanain, langkah perbaikan itu bisa dimulai dengan berhenti memusuhi si dia ataupun pengkhianatannya dia. Saat memusuhi, lo malah semakin lama tersakiti karena sebenarnya lo sendiri lagi menuding-nuding kesalahan diri sendiri. Batin lo itu seolah lagi berteriak kesal, “Ini salah gue karena udah percaya sama dia. Dasar bodoh, bego, idiot!” Membenci si dia dan kejadiannya bikin lo malah jadi membenci keputusan-keputusan yang lo udah buat di masa lalu dan akan buat di masa depan. Wajar aja sih lo malah jadi lelah, takut, labil, dan banyak second guessing, karena lo sedang meragukan dan memusuhi diri lo sendiri!


Satu fakta yang penting buat lo tau... Negative thoughts is our default brain programming, alias kita semua ini dilahirin dengan kecenderungan untuk berpikir negatif. 


Selama ribuan tahun evolusi, gen kita otomatis senantiasa mencemaskan hal-hal buruk agar bisa terhindar dari bahaya dan bertahan hidup. Apalagi kalo udah dikhianati, pikiran jadi lebih agresif berjaga-jaga, mencurigai keadaan dan orang lain, termasuk mencurigai pemikiran dan keputusan diri sendiri. Seluruh energi lo malah bisa habis tersedot buat mengantisipasi bahaya dari dalam dan luar, akibatnya lo enggak sanggup lagi mempercayai, boro-boro santai mencintai seperti sebelumnya. Iya kan??? 


Kenapa gue bisa ngomong gini?? Karena gue bener-bener mengalaminya gimana enggak bisa move on dari masalalu yang suram itu. 


Jadi sekarang ayo ambil alih kendali atas otak dan fikiran lo sendiri, jangan biarkan dia terus menakut-nakuti, merongrong diri lo kayak yang udah gue gambarkan di awal. Gue selalu coba nulis gimana proses percaya diri adalah pangkal dari percaya diri kita. Nah tugas lo sekrang adalah gimana nemuin lagi  ketenangan dan keyakinan diri yang terhilang itu. Udah terima aja kejadian pengkhianatan itu, kesalahan dia, serta kesalahan lo sendiri sebagai salah satu kepingan penting yang membuat lo malah jadi lebih dewasa, bijak, dan berharga. Coba kasih sorot cahaya pada pojok ruang hati yang gelap itu, dan lo nanti pasti akan nemuin banyak sekali harta karun didalamnya. Genggam erat semuanya dengan lembut dan tenang deh. Buat gue berdamai dengan diri sendiri itu kaya klise, tapi itu adalah salah satu langkah penting awal yang menentukan apakah lo akan sembuh atau malah lumpuh... 


Gue tau persis kok kadang itu bukan hal yang mudah dilakuin seorang diri, kaya gue yang merasa perlu bantuan profesional. Semua yang udah gue alami seolah semuanya malah jadi kusut memusingkan enggak tau mau dimulai dari mana, apalagi selalu muncul rasa pedih menusuk di dada setiap kali mengingat kejadian itu. Terserah sih lo mau konsultasi sekarang atau mulai belajar melakukannya aja sendiri perlahan-lahan, gue cuma mau menegasin kalo lo bisa kembali mempercayai orang lain lagi ketika udah menyadari bahwa diri lo sendiri semakin berharga dibanding sebelumya. Seseorang udah melukai hati lo, masa lo tega sih masih mau menambah luka-luka itu dengan mengurung, menyalahkan, dan membenci diri lo sendiri??? Tidakah lo juga merasa berhak untuk kembali mempercayai dan mencintai???? 


Nah kalo saat ini lo kaya lagi sedang melangkah dengan satu kaki, bertahanlah. Bukan waktu yang akan menyembuhkan lo, tapi apa yang saat ini akan lo lakuin dengan waktu.. Itulah yang bisa membuat lo kembali bahagia. Ayo arahin kaki lo sesuai panduan di atas, dan teruslah melangkah maju. Yaa, lo pasti tetep akan merasa kesakitan, tapi sadari itu bukan penyakit yang fatal melumpuhkan nanti juga sembuh kok lukanya. Buat setiap langkah yang lo lakuin. Lo pasti nanti akan terkejut menyadari bahwa ternyata lo itu jauh lebih kuat daripada yang lo duga sebelumnya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS JURNAL TENTANG KINERJA KERJA KARYAWAN

TEMA: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN DIDALAM PERUSAHAAN. Kata kunci : iklim organisasi, kedewasaan, kinerja, kepemimpinan, stress, budaya kerja. ANALISIS JURNAL TENTANG KINERJA KERJA KARYAWAN Jurnal 1 ( PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA DAN STRES KARYAWAN (Studi Kasus : CV. Mertanadi)) : Anak Agung Wiranata 2, Juli 2011 Kepemimpinan dalam perusahaan merupakan hal penting dalam sebuah era organisasi modern yang menghendaki adanya demokratisasi dalam pelaksanaan kerja dan kepemimpinan perusahaan. Akibat yang mungkin timbul dari adanya gaya kepemimpinan yang buruk adalah penurunan kinerja karyawan yang akan membawa dampak kepada penurunan kinerja total perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja dan stres karyawan.. Hipotesa kerja yaitu H0 = 0, kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja dan stress karyawan. Ha ≠ 0, kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja dan stress karyawan. Hasil pen

jurnal perilaku konsumen (english)

European Journal of Business and Management www.iiste.org ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839 (Online) Vol 3, No.3 Effective advertising and its influence on consumer buying behavior Zain-Ul-Abideen (Corresponding Author) Department of Management Sciences, Abbasia Campus, The Islamia University of Bahawalpur, Punjab, Pakistan. E-mail: zuabideen@gmail.com Salman Saleem Department of Business Administration, Federal Urdu University of Arts, Science & Technology, Islamabad, Pakistan. E-mail: salmankhan302@gmail.com Abstract Advertising is a form of communication intended to convince an audience (viewers, readers or listeners) to purchase or take some action upon products, information, or services etc. This paper investigates the relationship between independent variables which are environmental response and emotional response with attitudinal and behavioral aspect of consumer buying behavior, by tapping the respons

example adjective clause

Combine each of the following pairs of simple sentences into one complex sentence containing an adjective clause. 1. The theft was committed last night. The police has caught the man. 2. The French language is different from the Latin language. Latin was once spoken throughout Europe. 3. You are looking upset. Can you tell me the reason? 4. He had several plans for making money quickly. All of them have failed. 5. The landlord was proud of his strength. He despised the weakness of his tenants. 6. This is the village. I was born here. 7. You put the keys somewhere. Show me the place. 8. Paul was an old gentleman. He was my travelling companion. 9. A fox once met a crane. The fox had never seen a crane before. 10. The shop keeper keeps his money in a wooden case. This is the wooden case. Answers 1. The police has caught the man who committed the theft last night. 2. The French language is different from the Latin language which was once spoken throughout Europe. 3. Can you