Langsung ke konten utama

Aku, Manusia Yang Pandai Mengeluh

 Buat gue cuma ada tiga item terpenting buat bertahan di dunia ini. Harta, Penampilan dan Kecerdasan. Urutan pertama yang paling penting adalah harta, lalu selanjutnya adalah penampilan dan yang terakhir adalah kecerdasan.

Realitanya orang yang pandai dan cerdas bakal kalah dengan orang yang berpenampilan baik. Itulah mengapa setiap syarat melamar pekerjaan selalu ada kalimat ‘Diutamakan yang berpenampilan menarik’ atau hanya ‘Berpenampilan menarik’

Itu cuma salah satu contoh aja di bidang pekerjaan. Dibidang sosial??? Kecerdasan seseorang enggak bisa di liat dengan sekilas, cuma orang yang benar-benar mengenal kita yang tau seberapa cerdas dan pandainya kita. Tapi hal pertama yang orang bisa lihat dari diri kita adalah enggak lain dan enggak bukan adalah penampilan. Penampilan yang menang, pandangan orang agak berbeda dalam satu lirikan. Mereka nggak peduli dengan sikap kita ataupun kecerdasan kita. Yang bisa mereka lihat hanya penampilan. Di bidang asmara dan percintaan pun sama, contohnya juga sangat jelas dan enggak perlu gue perjelas lagi (bikin sakit hati) wkwkwk 🤣🤣😆

Poin paling penting untuk bertahan dalam hidup ini adalah harta, uang. Orang cantik/ ganteng bisa kalah sama uang?? Tentu aja. Kecantikan dan ketampanan bisa dibeli dengan uang.  Gue sering mikir ‘

"Orang cantik itu belum tentu kaya tapi orang kaya itu selalu cantik begitupun dengan cowok ganteng kan??? "

Siapa bilang kecantikan dan ketampanan itu anugrah sejak lahir dan enggak bisa di rubah? Ada banyak cara untuk menjadi lebih cantik dan tampan dan itu dapat dicapai dengan uang. Jika terlahir dari orang tua kaya yang terpandang, sampai matipun dia akan tetap dipandang sebagai anak orang kaya yang terpandang. Berbeda hal jika terlahir dari orang tua enggak mampu, walaupun bisa naik satu derajat, orang akan tetap menganggap dia anak orang miskin gak peduli apa yang sudah diraihnya sekarang.

Si Kaya bisa meraih pendidikan dengan lancar tanpa peduli biaya administrasi atau nilai yang pas-pasan. Beda dengan si cerdas yang sekuat tenaga mempertahankan nilainya agar enggak kehilangan bea siswa dan ada lagi si bodoh dari keluarga miskin yang sama sekali enggak mempunyai kesempatan.

Setiap orang punya jalannya sendiri. Gak ada yang enggak mungkin, harapan itu tetap ada sampai di akhirat sana. Untuk hidup yang lebih baik, manusia enggak cukup cuma dengan beribadah. Kalo enggak bisa bertahan di dunia ini, kesempatan untuk beribadah lebih lama pun akan musnah berkurang waktunya.

Menurut gue enggak ada salahnya bermimpi, tapi marilah pasang kaca sebesar-sebesarnya sebelum kita mulai bermimpi. Sadari semua yang kita punya dan putuskan mimpi apa yang layak kita perjuangkan. Semakin tinggi mimpi itu, semakin sakit rasa jatuhnya.

Gue inget sebuah quotes dari seorang pengarang terkenal Paulo Coelho :

“Sesuatu yang terjadi cuma sekali mungkin enggak akan terulang lagi, tapi sesuatu yang terjadi dua kali pasti akan terjadi untuk ketiga kalinya.”

Jika melihat penjabaran diatas, gue enggak punya satupun dari tiga poin utama diatas buat bertahan di dunia ini. Gue mempunyai satu keberuntungan dan gue rasa itu enggak akan pernah terulang lagi. Sepertinya gue emang udah mengambil jalan yang salah beberapa tahun ini. Tapi gue terlalu takut untuk melepaskannya karena gue enggak akan bisa mendapatkan kesempatan yang seperti sekarang ini. 

Gue bercermin, gue ngaca didepan cermin. Dan cermin yang besar didepan gue mengatakan semuanya. 

Siapa gue??? Cuma gue yang tau betul siapa diri gue, namun terkadang mencoba jujur pada diri sendiri itu lebih susah dari pelajaran tematik.  Yang bisa gue banggain cuma keberuntungan gue itu, satu-satunya keberuntungan gue. Kesempatan hidup…

Kembali ke cermin tadi. Poin pertama yang bisa gue lihat adalah penampilan, perlu gue jabarkan?? Gue bertubuh besar dengan tinggi 177 cm, pipi tembem, badan cukup gembul dengan berat 86kg, kulit sawo matang dan ada banyak bekas jerawat diwajah gue. 

Poin selanjutnya yang terlihat adalah tempat dimana gue bercermin. Tembok yang masih terlihat putih sudah mulai penuh noda backgroundnya. Gue adalah seorang anak laki-laki yang merelakan sepedah BMX gue saat baru masuk SMP. Orang tua gue bekerja membanting tulang agar gue bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari mereka (setiap  gue memceritakan hal ini, mata gue selalu berair dan dada gue cukup sesak karena mengingat perihnya masa-masa sulit itu) Ibu gue berdagang sayuran setiap pagi sampai siang didepan rumah. Prestasi gue lumayan, gue bisa masuk ke sekolah bergengsi dengan nilai bagus waktu SMP. Gue berpikir bahwa orang tua gue udah terlalu susah buat mencarikan gue biaya sekolah jadi gue harus mendapat nilai yang lumayan untuk mempermudah mencari sekolah.

Disini sulit mencari sekolah negeri kalo kita anak orang enggak mampu dengan nilai rendah. Berbeda situasi jika orang tua kamu kaya. Tapi lulus dari sekolah terpandang dengan nilai lumayan enggak menjamin apa-apa. Skill dan penampilan yang utama, yah sebenarnya yang paling utama penampilan. Dikalangan tetangga gue hanya dikenal sebagai anak orang enggak mampu yang kaku, culun, tapi sangat ramah pada siapapun, gue mudah tersenyum kepada siapapun. Gue tergolong anak rumahan, sampai sekarang gue masih lebih senang berada di rumah. Gue enggak punya terlalu banyak teman di lingkungan rumah, menurut gue sebenarnya cuma anak orang kaya yang gampang punya banyak teman kan?? Pasti banyak didekati orang kalo lo punya banyak duit😅

Sampai gue yang culun ini, anak orang yang kurang mampu, nilai yang lumayan tanpa skill yang bagus mendapat tawaran pekerjaan disebuah perusahaan mebel dengan owner seorang bule. Ini seperti kejatuhan durian runtuh buat gue! Beliau tau gue sama sekali enggak punya pengalaman dibidang itu sebelumnya dan itu artinya gue harus mulai semuanya dari nol!!!! Beliau masih memberi gue kesempatan, tapi masalah terbesar adalah keterampilan bahasa inggris gue yang kacau. Selama satu tahun gue bekerja disana, enggak ada perkembangan memuaskan. Gue kaya magabut(makan gaji buta), itu membuat gue frustasi. Gue mau mundur tapi gue berpikir lagi bahwa gue enggak akan bisa mendapatkan kesempatan lainnya. Dan guepun susah mencari pekerjaan lainnya.

Yang bisa gue lakukan hanya bertahan. Selama dua tahun kemarin, gue sangat berterima kasih pada beliau yang masih percaya pada gue dan masih memberiku kesempatan untuk merasakan sukses. Pada saat itu gue sedikit demi sedikit bisa mendapatkan apa yang gue mau, sebuah sepeda motor sport, laptop, dan smartphone. Tapi pandangan orang terhadap gue tetap aja sama seperti beberapa tahun yang lalu. Gue enggak lebih dari anak orang enggak mampu yang sombong. Gue masih orang yang sama yang mudah menebar senyum kepada semua orang. Gue akan ramah kepada semua orang. Apakah gue gila hormat??? Gak, enggak sama sekali. Gue enggak butuh dihormati tapi gue cuma butuh dihargai.

Sementara disana ada orang yang berpenampilan menarik bisa bekerja dimanapun dengan mudahnya. Sedangkan gue takut keluar dari sini karena penampilan seadanya dan minim kesempatan mendapat pekerjaan.

Dalam hal cinta, umur gue tahun ini 29 tahun. Kalian pasti berpikir itu usia yang sudah tua dan cukup matang untuk berpikir kearah sana tapi beda halnya kalo lo itu anak orang enggak mampu yang udah enggak bersekolah/udah bekerja. Terus terang aja gue takut ingin kearah sana, enggak buat 1 tahun kedepan. Tapi orang tua gue…. Arghhtttt!!! 

Jujur aja, gue sangat kesulitan dalam urusan cinta. Trauma yang gue dapatkan 5 tahun lalu masih membekas. Hingga kepercayaan pada wanita itu musnah. Sampai awal tahun lalu gue jatuh cinta pada seorang gadis muda yang hatinya begitu lembut, dan gue tau dia gadis yang sangat baik. Gue bener-bener jatuh cinta sama Ridzky. Dulu gue berpikir bahwa gue engga bisa hidup tanpa mencintai seseorang karena setiap perempuan mudah banget silih berganti menghiasi hati gue( walaupun tanpa gue miliki). Yupz... Itu mungkin benar, walau saat ini gue menikmati kesendirian gue tanpa sakit hati dan tanpa mencintai seseorang, gue berusaha buat bahagia. Gue masih fokus pada kegiatan main basket gue, kegiatan charity bagi-bagi makanan yang udah gue jalani selama lebih dari 3 tahun ini. Itu semua membuat gue cukup nyaman dengan hidup, tapi gue enggak tau sampai kapan gue akan seperti ini. Jujur aja, gue bahkan enggak mempunyai keinginan untuk mengenal wanita baru apalagi setelah gue bertemu gadis baik yang bernama kiki kemarin, gue sangat sayanggggg banget sama dia. Gue enggak pernah bohong tentang perasaan gue ini, walau gue enggak pernah  bisa jujur ke kiki. 

Beberapa teman dekat gue mengerti kalau gue banyak punya teman saat ini, diantaranya perempuan. Kebanyakan perempuan disekitar gue adalah teman lama yang udah gue putuskan untuk berkata enggak pada beberapa diantara mereka.

Seseorang pernah bertanya seperti apa yang gue cari???? Gue enggak tau!!!!

Sangat susah buat tertarik pada lawan jenis setelah kejadian itu. Gue enggk tau, sampai lupa udah berapa orang yang gue jawab dengan kata tidak. Seharusnya gue bersyukur karena masih ada perempuan yang menginginkan gue dengan keadaan gue yang seperti ini, tapi hati gue enggak bisa dipaksa.

Hidup gue enggak seperti lari ditempat, tapi lebih tepat seperti berdiri ditempat. Gue enggak tau berapa lama gue bisa berdiri disini sendirian dan gue juga enggak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya nanti. 

Gue enggak bisa bercerita kepada seorangpun karena gue enggak percaya pada seorangpun (kecuali Allah dan orang tua gue). Setiap manusia punya sifat egois kan??? Mereka enggak peduli apa yang orang lain rasakan karena mereka juga percaya enggak ada orang lain yang bisa mengerti mereka.

Satu-satunya tempat gue bercerita adalah dengan tulisan. Dengan blog ini gue curhat, bercerita. Sejak dulu gue berpikir kalo gue mempunyai bakat dibidang ini tapi gue rasa itupun hanya impian semu. Gue yakin Allah menciptakan setiap manusia dengan keahlian yang berbeda tapi gue enggak dapat menemukannya. Gue mulai berpikir, apakah keahlian gue adalah selalu menggerutu dan nggak bersyukur?????



Maafkan Gustianto Rahman, Yaa Allah …~



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS JURNAL TENTANG KINERJA KERJA KARYAWAN

TEMA: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN DIDALAM PERUSAHAAN. Kata kunci : iklim organisasi, kedewasaan, kinerja, kepemimpinan, stress, budaya kerja. ANALISIS JURNAL TENTANG KINERJA KERJA KARYAWAN Jurnal 1 ( PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA DAN STRES KARYAWAN (Studi Kasus : CV. Mertanadi)) : Anak Agung Wiranata 2, Juli 2011 Kepemimpinan dalam perusahaan merupakan hal penting dalam sebuah era organisasi modern yang menghendaki adanya demokratisasi dalam pelaksanaan kerja dan kepemimpinan perusahaan. Akibat yang mungkin timbul dari adanya gaya kepemimpinan yang buruk adalah penurunan kinerja karyawan yang akan membawa dampak kepada penurunan kinerja total perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja dan stres karyawan.. Hipotesa kerja yaitu H0 = 0, kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja dan stress karyawan. Ha ≠ 0, kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja dan stress karyawan. Hasil pen

jurnal perilaku konsumen (english)

European Journal of Business and Management www.iiste.org ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839 (Online) Vol 3, No.3 Effective advertising and its influence on consumer buying behavior Zain-Ul-Abideen (Corresponding Author) Department of Management Sciences, Abbasia Campus, The Islamia University of Bahawalpur, Punjab, Pakistan. E-mail: zuabideen@gmail.com Salman Saleem Department of Business Administration, Federal Urdu University of Arts, Science & Technology, Islamabad, Pakistan. E-mail: salmankhan302@gmail.com Abstract Advertising is a form of communication intended to convince an audience (viewers, readers or listeners) to purchase or take some action upon products, information, or services etc. This paper investigates the relationship between independent variables which are environmental response and emotional response with attitudinal and behavioral aspect of consumer buying behavior, by tapping the respons

example adjective clause

Combine each of the following pairs of simple sentences into one complex sentence containing an adjective clause. 1. The theft was committed last night. The police has caught the man. 2. The French language is different from the Latin language. Latin was once spoken throughout Europe. 3. You are looking upset. Can you tell me the reason? 4. He had several plans for making money quickly. All of them have failed. 5. The landlord was proud of his strength. He despised the weakness of his tenants. 6. This is the village. I was born here. 7. You put the keys somewhere. Show me the place. 8. Paul was an old gentleman. He was my travelling companion. 9. A fox once met a crane. The fox had never seen a crane before. 10. The shop keeper keeps his money in a wooden case. This is the wooden case. Answers 1. The police has caught the man who committed the theft last night. 2. The French language is different from the Latin language which was once spoken throughout Europe. 3. Can you